Quantcast
Channel: Router Mikrotik – Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita
Viewing all 105 articles
Browse latest View live

Perhitungan MTU pada MikroTik

$
0
0

Perhitungan MTU pada MikroTik

Maximum Transmission Unit adalah istilah dalam teknologi informasi yang merujuk kepada ukuran paket data terbesar yang dapat ditransmisikan melalui sebuah media jaringan. Ukuran MTU adalah bervariasi, tergantung teknologi jaringan yang digunakan. Contohnya adalah dalam jaringan berbasis teknologi Ethernet, ukuran MTU maksimum adalah 1500 bytes. Adalah tugas lapisan data-link yang harus menentukan ukuran MTU.

Setting MTU biasanya dilakukan pada perangkat networking semacam switch, router dan sebagainya. Sangat jarang melakukan setting MTU secara manual pada workstation atau host. Jika ip layer menerima paket yang akan diteruskan ke dalam jaringan, maka perangkat akan mengkalkulasi ukuran paket jika ditambahkan dengan 20 bytes ip header. Jika ternyata paket yang akan dikirimkan memiliki ukran MTU yang lebih besar dari MTU perangkat yang menerima paket tersebut, maka paket akan difragmentasi, atau dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil.

Nilai MTU yang besar memungkinkan untuk mengirimkan data lebih cepat, bayangkan jika Anda punya banyak data kemudian dikumpulkan jadi satu box besar. Maka kita cukup mengirimkan semua data satu kali menggunakan satu box besar. Namun jika untukran box kecil, maka kita perlu mengirim beberapa kali. Nilai MTU besar tidak kemudian selalu berefek baik. Semakin panjang MTU, semakin tidak reliable proses pengiriman data. Jika ada kerusakan paket dalam pengiriman maka seluruh paket yang rusak akan dikirim ulang oleh protokol TCP (Transmission Control Protocol).

Begitu juga pada sistem di MikroTik yaitu RouterOS yang mana memiliki ukuran standart dari besar MTU masing-masing interface. Pada RouterOS untuk MTU ini dibagi ke beberapa tipe yaitu L3 MTU (IP/Layer-3), L2.5 MTU(MPLS/Layer2.5), L2 MTU (MAC/Layer-2), Full Frame MTU. Dari tipe-tipe MTU tersebut memiliki nilai standart yang berbeda-beda.

  • L3 MTU = 1500 (Data: 1480 + IP:20),
  • L2.5 MTU = 1504 (Data: 1480 + IP: 20 + MPLS: 4)
  • L2 MTU = 1508 (Data: 1480 + IP: 20 + MPLS: 4 + VLAN:4)
  • FULL Frame MTU = 1522 (Data: 1480 + IP: 20 + MPLS: 4 + VLAN: 4 + ETH:14).

Perbedaan besar nilai setiap tipe MTU tergantung pada jenis trafik yang akan di handle. Jika ukuran MTU hanya dipatok di nilai 1500 (L3 MTU) tanpa menambahkan tipe MTU Yang lain maka untuk trafik dengan service VLAN, MPLS, tidak akan bisa lewat. Pada kondisi normal paket data yang memiliki ukuran terlalu besar akan di fragment oleh perangkat secara otomatis. Terlalu banyak paket yang difragment akan mengakibatkan antrian paket yang juga panjang, kemudian perangkat yang menerima paket juga harus menyusun kembali paket yang diterima.

Terlebih jika ada aplikasi yang membutuhkan nilai paket data yang statis, maka admin jaringan harus mampu menentukan ukuran paket data yang akan dilewatkan agar paket dapat diterima dengan baik. Beberapa service yang mengirimkan data lewat jaringan biasanya akan menambahkan header pada paket data, misalnya ping.

Pada saat data keluar dari perangkat, paket data akan ditambah dengan beberapa header, antara lain IP Header 20bytes, dan ICMP header 8bytes. Untuk melakukan test, Anda bisa gunakan perintah ping -f -s pada OS windows, ping -M -s pada Linux, atau ping -D -s pada Mac OSX. Misal kita coba ping dengan ukuran paket 1500, tanpa melakukan fragmentasi.

Yang terjadi perangkat yang dituju tidak dapat menerima karena ukuran paket terlalu besar. Kenapa bisa demikian, padahal perangkat lawan memiliki setting MTU 1500 ?. Ukuran 1500 adalah ukuran paket data sebelum ditambahkan header. Maka kita bisa hitung berapa ukuran data tepat agar paket ping bisa diterima.

1500 = 20 (IP header) + 8 (ICMP header) + Data
Data = 1500 – 20 (IP header) – 8 (ICMP header)
Data = 1472

Jika kita coba ping dengan size 1472, maka paket bisa diterima dengan baik

Service lain biasanya juga menambahkan header dengan nilai tertentu, misalnya VPN PPTP dan PPPOE. Service ini akan menambahkan pptp header dan checksum, sedangkan PPPoE menambahkan PPPoE header, PPP ID, DST & SRC Address.

PPTP :
Data = 1500 – 20 (IP Header) – 28 (PPTP Header) – 2 (Checksum) = 1450

PPPOE
1500 – 6 (PPPoE Header) – 2 (PPP ID) – 12 (DST & SRC Adress) = 1480

Perhitungan seperti diatas juga berlaku ketika menggunakan service lainBisa disimpulkan bahwa dengan bertambahnya ukuran ip header, maka ukuran data pada yang ditrasmisikan juga semakin kecil. Ukuran miminum MTU adalah 576 bytes.

MTU Path Discovery

Untuk mengetahui nilai MTU perangkat lawan, perangkat yang terkoneksi ke jaringan memiliki mekanisme yang disebut dengan MTU path discovery. Mekanisme ini sama sekali tidak membuthkan fitur atau service khusus, namun menggunakan cara yang cukup sederhana yakni dengan memanfaatkan mekanisme error reporting pada ICMP.

Sumber:

The post Perhitungan MTU pada MikroTik appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.


MTU on RouterOS

$
0
0

Manual:Maximum Transmission Unit on RouterBoards

Background

It is sole responsibility of administrator to configure MTUs such that intended services and applications can be successfully implemented in network. In other words – administrator must make sure that MTUs are configured in a way that packet sizes does not exceed the capabilities of network equipment.

Originally MTU was introduced because of the high error rates and low speed of communications. Fragmentation of the data stream gives ability to correct corruption errors only by resending corrupted fragment, not the whole stream. Also on low speed connections such as modems it can take too much time to send a big fragment, so in this case communication is possible only with smaller fragments.

But in present days we have much lower error rates and higher speed of communication, this opens a possibility to increase the value of MTU. By increasing value of MTU we will result in less protocol overhead and reduce CPU utilization mostly due to interrupt reduction.

This way some non-standard frames started to emerge:

  • Giant or Jumbo frames – frames that are bigger than standard (IEEE) Ethernet MTU
  • Baby Giant or Baby Jumbo frames – frames that are just slightly bigger that standard (IEEE) Ethernet MTU

It is common now for Ethernet interfaces to support physical MTU above standard, but this can not be taken for granted. Abilities of other network equipment must be taken into account as well – for example, if 2 routers with Ethernet interfaces supporting physical MTU 1526 are connected through Ethernet switch, in order to successfully implement some application that will produce this big Ethernet frames, switch must also support forwarding such frames.

MTU on RouterOS

Different types of MTU

Mikrotik RouterOS recognizes several types of MTU:

  • IP/Layer-3/L3 MTU
  • MPLS/Layer-2.5/L2.5 MTU
  • MAC/Layer-2/L2 MTU
  • Full frame MTU

Full frame MTU

Full frame MTU indicates the actual size of the frame that are sent by particular interface. Frame Checksum is not included as it is removed by Ethernet driver as soon as frame reach its destination.

MAC/Layer-2/L2 MTU

L2MTU indicates the maximum size of the frame without MAC header that can be sent by this interface.

Starting from the RouterOS v3.25 L2MTU values can be seen in “/interface” menu. L2MTU support is added for all Routerboard related Ethernet interfaces, VLANs, Bridge, VPLS and wireless interfaces. Some of them support configuration of L2MTU value. All other Ethernet interfaces might indicate L2MTU only if the chip set is the same as Routerboard Ethernets.

This will allow users to check if desired setup is possible. Users will be able to utilize additional bytes for VLAN and MPLS tags, or simple increase of interface MTU to get rid of the some unnecessary fragmentation.

This table shows max-l2mtu supported by Mikrotik RouterBoards (Starting from the RouterOS v5.3 also available in “/interface print” menu as value of read-only “max-l2mtu” option):

Integrated Solutions

RouterBoard MTU description
RB Groove series ether1:2028
RB Metal series ether1:2028
RB SXT series, RB LHG ether1:2028
RB SXT Lite series ether1:2028
RB SXT G series, RB DynaDish, wAP ac ether1:4076
RB OmniTik series ether1:4076; ether2-ether5:2028
RB mAP, RB mAP lite, RB cAP, RB wAP ether1-ether2:2028
RB750 ether1:4076; ether2-ether5:2028
RB750r2, RB750P-PBr2, RB750UPr2 ether1-ether5:2028
RB750UP ether1:4076; ether2-ether5:2028
RB751U-2HnD ether1:4076; ether2-ether5:2028
RB951-2n ether1:4076; ether2-ether5:2028
RB941-2nD, RB951Ui/RB952Ui series ether1-ether5:2028
RB750GL, RB750Gr2 ether1-ether5:4074
RB751G-2HnD ether1-ether5:4074
RB951G-2HnD ether1-ether5:4074
RB962UiGS ether1-ether5:4074; sfp1:4076
RB1100Hx2 ether1-ether10:9498; ether11:9500; ether12-ether13:9116
RB1100AHx2 ether1-ether10:9498; ether11:9500; ether12-ether13:9116
CCR1009 series ether1-ether4:10224; ether5-ether8:10226; sfp1:10226; sfp-sfpplus1:10226
CCR1016 series ether1-ether12:10226; sfp1-sfp12:10226; sfp-sfpplus1:10226
CCR1036 series ether1-ether12:10226; sfp1-sfp4:10226; sfp-sfpplus1-sfp-sfpplus2:10226
CCR1072 series ether1:9116; sfp-sfpplus1-sfp-sfpplus8:10226
CRS109-8G-1S ether1-ether8:4064; sfp1:4064
CRS125-24G-1S ether1-ether24:4064; sfp1:4064
CRS112-8G-4S ether1-ether8:9204; sfp9-sfp12:9204
CRS210-8G-2S+ ether1-ether8:9204; sfp-sfpplus1:9204; sfpplus2:9204
CRS212-1G-10S-1S+ ether1:9204; sfp1-sfp10:9204; sfpplus1:9204
CRS226-24G-2S+ ether1-ether24:9204; sfp-sfpplus1:9204; sfpplus2:9204
RB260GS series ether1-ether5:9198; sfp1:9198
RB FTC ether1:4046; sfp1:4046

RouterBOARD

RouterBoard MTU description
RB411 series ether1:1526
RB433 series ether1:1526; ether2-ether3:1522
RB450 ether1:1526; ether2-ether5:1522
RB493 series ether1:1526; ether2-ether9:1522
RB411GL ether1:1520
RB433GL ether1-ether3:1520
RB435G ether1-ether3:1520
RB450G ether1-ether5:1520
RB493G ether1-ether9:1520
RB711 series ether1:2028
RB711G series ether1:4076
RB800 ether1-ether2:9500; ether3:9116
RB850Gx2 ether1-ether5:1580
RB911G ether1:4076
RB912UAG ether1:4076
RB921UAGS, RB922UAGS ether1:4076; sfp1:4076
RB953GS ether1-ether2:4074; sfp1:4074; sfp2:4076
RB2011 series ether1-ether5:4074; ether6-ether10:2028; sfp1:4074
RB3011 series ether1-ether5:8156; ether6-ether10:8156; sfp1:8158
RB44Ge ether1-ether4:9116

Old Products

RouterBoard MTU description
RB600 series ether1-ether3:9500
RB1000 ether1-ether4:9500
RB1100 ether1-ether10:9498; ether11-ether13:9116
RB1100AH ether1-ether10:9498; ether11:9500, ether12-ether13:9116
RB1200 ether1-ether5:4078, ether6-ether8:4080, ether9-ether10:9116
RB750 (old revision) ether1:1526; ether2-ether5:1522
RB750G ether1-ether5:1524
RB333 ether1-ether3:1632
RB1xx ether1-ether5:1518; ether6-ether9:1514
RB532, CrossRoads ether1-ether3:1600
RB44G ether1-ether4:7200
RB44GV ether1-ether4:9000
RB250GS ether1-ether5:9198

All wireless interfaces in RouterOS (including Nstreme2) support 2290 byte L2MTU.

Warning: L2MTU configuration changes on Cloud Core Routers evoke all interface reload (link down – link up) due to necessary internal processes.
It is recommended to configure L2MTU with caution by keeping in mind that it can cause short interruption with connected devices.

MPLS/Layer-2.5/L2.5 MTU

Configured in “/mpls interface” menu, specifies maximal size of packet, including MPLS labels, that is allowed to send out by the particular interface (default is 1508).

Make sure that MPLS MTU is smaller or equal to L2MTU

MPLS MTU affects packets depending on what action MPLS router is performing. It is strongly recommended that MPLS MTU is configured to the same value on all routers forming MPLS cloud because of effects MPLS MTU has on MPLS switched packets. This requirement means that all interfaces participating in MPLS cloud must be configured to the smallest MPLS MTU values among participating interfaces, therefore care must be taken to properly select hardware to be used.

MPLS Switching

If packet with labels included is bigger than MPLS MTU, MPLS tries to guess protocol that is carried inside MPLS frame.

If this is IP packet, MPLS produces ICMP Need Fragment error. This behavior mimics IP protocol behavior. Note that this ICMP error is not routed back to originator of packet but is switched towards end of LSP, so that egress router can route it back.

If this is not IP packet, MPLS simply drops it, because it does not know how to interpret the contents of packet. This feature is very important in situations where MPLS applications such as VPLS are used (where frames that are MPLS tagged are not IP packets, but e.g. encapsulated Ethernet frames as in case of VPLS) – if somewhere along the LSP MPLS MTU will be less than packet size prepared by ingress router, frames will simply get dropped.

IP ingress

When router first introduces label (or labels) on IP packet, and resulting packet size including MPLS labels exceeds MPLS MTU, router behaves as if interface MTU was exceeded – either fragments packet in fragments that does not exceed MPLS MTU when labels are attached (if IP Dont Fragment is not set), or generates ICMP Need Fragmentation error that is sent back to originator.

VPLS ingress

When router encapsulates Ethernet frame for forwarding over VPLS pseudowire, it checks if packet size with VPLS Control Word (4 bytes) and any necessary labels (usually 2 labels – 8 bytes), exceeds MPLS MTU of outgoing interface. If it does, VPLS fragments packet so that it honours MPLS MTU of outgoing interface. Packet is defragmented at egress point of VPLS pseudowire.

IP/Layer-3/L3 MTU

Configured as interface MTU setting (/interface <type> <name> set mtu=X). Specifies how big IP packets router is allowed to send out the particular interface.

If router receives IP packet of size 1500, but MTU for outgoing interface is set to 1400, router will either fragment the packet (if “Don’t Fragment” bit is not set in IP header) or drop the packet and send ICMP “Need Fragmentation” error back to originator (this is essential for Path MTU Discovery to work).

Sometimes it can be bad idea to change IP MTU from its default 1500 bytes on router interfaces if complete path end-to-end is not in administrators control. Although IP fragmentation and end-to-end Path MTU Discovery is intended to handle this situation, if ICMP Need Fragmentation errors are filtered somewhere along the path, Path MTU Discovery will not work.

There are several features in MikroTik RouterOS that can benefit from possibility to exceed standard MTU

Simple Examples

In these examples we will take a look at frames entering and leaving router via Ethernet interfaces.

Simple Routing

The image shows the packet MTU size for simple routing, packets size is not modified.
MTUSimpleRouting.png

Routing with VLAN Encap

Each VLAN tag is 4 bytes long, VLAN tag is added by router. L2-MTU is increased by 4 bytes.
MTUVLANENCAP.png

Simple MPLS with tags

When MPLS is used as plain replacement for IP routing, only one label is attached to every packet, therefore packet size increases by 4 bytes, we have the situation with two MPLS labels. In order to be able to forward standard size (1500 bytes) IP packet without fragmentation, MPLS MTU must be set to at least 1508 for two MPLS labels.
MTUMPLS2Tags.png

VPLS Tunnel

Two MPLS labels are present, when remote endpoint is not directly attached. One MPLS label is used to get to remote endpoint, second label is used to identify VPLS tunnel.
MTUVPLS.png

L2MTU advanced example

In this example we will take a closer look at required L2MTU of all Ethernet like interfaces including Bridge, VLAN, VPLS interfaces.

In this setup we will have 3 routers:

  • Q-in-Q router – this router will receive standard 1500 byte Ethernet frame and will add two VLAN tags to the packet. Then packet will be sent out via Ethernet network to the second router
  • VPLS router – this router will remove outer VLAN tag and will bridge packet with the remaining VLAN tag with VPLS tunnel. VPLS tunnel will take packet through the MPLS network to the third router.
  • MPLS Edge router – will remove VPLS and VLAN tags and bridge packet to the client Ethernet network.

L2MTU example.png

(http://wiki.mikrotik.com/)

The post MTU on RouterOS appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Link Possibility Calculator dari MikroTik

$
0
0

Link Possibility Calculator dari MikroTik

Baru-baru ini MikroTik Latvia telah mengeluarkan sebuah aplikasi berbasis web yang ditambahkan pada routerboard.com yaitu sebuah alat bantu untuk perhitungan link (Link Posibility) koneksi wireless dari perangkat MikroTik. Hal ini cukup memudahkan kita untuk menetukan pilihan dari perangkat wireless yang dibutuhkan. Kita bisa mengukur berapa jarak yang diperlukan dan disesuaikan dengan jenis perangkat wireless Mikrotik. Untuk menjalankannya kita bisa langsung melakukan akses ke alamat routerboard.com/calculator/.

Disitu kita akan menentukan jenis perangkat yang akan digunakan apa saja. Penentuan ini berdasarkan dua perangkat yaitu AP (Access point) dan Client (Station).

Secara default pilihan dari perangkat wireless Mikrotik beberapa ada yang ter-disable sehingga kita tidak bisa memilihnya. Untuk mengaktifkannya kita diharuskan menentukan beberapa parameter yang disediakan pada aplikasi tersebut. Parameter tersebut diantaranya adalah Frequency, Data Rate,Tx/Rx Antenna Gain, dan Output Power.

Dan perangkat Wireless MikroTik yang aktif adalah sesuai dengan parameter yang kita masukkan diatas. Misalnya, ketika kita ingin mencoba menggunakan produk SXT Series maka kita harus tahu spesifikasi perangkatnya sesuai dengan parameter diatas minimal jenis frequency dan besar Antenna Gain.

Menariknya aplikasi ini ditambahkan sebuah Map (Peta) yang mana kita dapat melakukan penentuan lokasi pemasangan perangkat wireless dengan lebih tepat. Untuk informasi lokasi yang diperlihatkan dari Map tersebut juga cukup detail.

Contoh Penggunaan 

Kali ini kita akan mencoba menggunakan aplikasi tersebut untuk menghitung Link Posibility topologi PTP (Point To Point) dengan jarak kurang lebih 10km dan akan menggunakan produk embedded QRT 5.

Langkah pertama kita tentukan parameter Frequency, Data Rate, Tx/Rx Antenna Gain, dan Output Power sesuai dengan spesifikasi perangkat yang akan kita pilih.

Setelah kita sesuaikan parameternya jika kita lihat pada bagian “Wireless System” maka pilihan perangkat QRT 5 akan aktif dan kita bisa memilihnya.


Selanjutnya kita akan menentukan titik lokasi pada peta untuk letak pointingnya. Sebagai contoh disini diatur dari daerah “Demangan Baru, Yogyakarta” – daerah “Jl. Pleret, Segoroyoso, Bantul, Yogyakarta

Kemudian setelah dilakukan pengaturan ulang parameter ‘Tx Power‘ yang sebelumya hanya 7dbm dinaikkan ke 26dbm dari kedua perangkat akhirnya link terbentuk dengan baik.

Kita juga bisa melihat informasi rincian link yang terbentuk pada gambar pojok sebelah kanan.

Disitu kita bisa melihat berapa estimasi Distance (Jarak) dari link yang terbentuk, kemudain juga nilai FSL (Free Space Loss) dan Signal Level yang didapat dari link tersebut.

Sumber:

The post Link Possibility Calculator dari MikroTik appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Perbandingan Performa RB450G,RB850Gx2 dan RB750Gr3

$
0
0

Perbandingan Performa RB450G,RB850Gx2 dan RB750Gr3

Ada yang baru dari produk Mikrotik. Penasaran produk baru seperti apa yang diperkenalkan oleh Mikrotik. Bagi yang mengikuti MUM di Indonesia 2016 lalu pasti tahu. Benar, produk tersebut adalah RB750Gr3 atau biasa disebut juga dengan hEX. RB750Gr3 ini adalah produk routerboard penerus dari seri RB750GL. Apabila dilihat dari segi tampilannya hampir sama dengan RB750Gr2, namun untuk spesifikasi hardwarenya jauh lebih tinggi. Routerboard RB750Gr3 ini merupakan pembaharuan dari routerboard RB750Gr2 yang statusnya sekarang sudah discontinued. Kemudian yang menjadi pertanyaan, bagaimana performanya bila dibandingkan dengan seri RB450G dan RB850Gx2? Mungkin diantara kita ada yang penasaran dan masih bingung dalam menentukan pilihan mana yang lebih baik dari kedua produk tersebut. Nah, sekarang kita akan mencoba membandingkan performa antara RB450G, RB850Gx2,dan RB750Gr3 yang ketiganya sama-sama sudah gigabit ethernet.

Dibandingkan dengan RB450G dan RB850Gx2, routerboard RB750Gr3 menggunakan processor baru yakni MediaTek 2 Core 4 threads dengan arsitektur MMIPS. Dari segi kapasitas prosesornya, RB750Gr3 masih diatas RB450G dan RB850Gx2. Namun, RB450G dan RB850Gx2 memiliki stored media sebesar 512MB NAND yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan RB750Gr3 yang hanya sebesar 16MB NAND. Sedangkan pada RB850Gx2 memiliki RAM yang lebih tinggi dibanding dengan RB450G dan RB750Gr3 yakni sebesar 512MB. Menariknya, pada RB750Gr3 sudah dilengkapi adanya slot USB yang tidak ada di RB450G dan RB850Gx2. Selain itu, perangkat RB750Gr3 ini juga bisa dijadikan server untuk monitoring jaringan menggunakan the dude.

Pada RB450G dan RB850Gx2 sudah dilengkapi dengan RouterOS level 5 sedangkan RB750Gr3 hanya dilengkapi dengan RouterOS level 4. Detail spesifikasi antara ketiga produk tersebut bisa dilihat disini. Nah, selanjutnya kita akan coba membandingkan performa dari ketiga router tersebut.

Test 1 – Konfigurasi Dasar

Pada tahap pertama ini, kita akan coba melakukan test bandwith dengan menggunakan konfigurasi standart (Plain). Jadi, hanya konfigurasi IP Address saja yang ditambahkan tanpa ada queue tree maupun mangle didalamnya. Lalu, bagaimana hasilnya?

Pertama, kita akan mencoba melakukan pengetesan pada router RB450G. Kemudian dilihat dari performa hardwarenya, terutama pada resource CPU dan juga besar trafik yang mampu dilewatkan (Full Duplex) adalah sebagai berikut

Ketika kita coba melewatkan trafik dengan speed sekitar ±300Mbps secara full duplex, terlihat penggunaan CPU Load-nya naik mencapai 100%.

Selanjutnya kami mencoba melakukan pengetesan pada RB850Gx2 dan RB750Gr3. Hasilnya, untuk RB850Gx2 dapat dilihat sebagai berikut

Sedangkan hasil pengetesan pada RB750Gr3 adalah sebagai berikut

Dari hasil diatas terlihat bahwa untuk trafik yang mampu dilewatkan secara full duplex (transmit & receive berjalan bersamaan) pada RB850Gx2 adalah sebesar ±450Mbps dengan CPU Load mencapai 65%. Namun, pada routerboard RB750Gr3, trafik yang mampu dilewatkan sebesar ±500Mbps dengan penggunaan CPU Load yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar 67%.

Test 2 – Penambahan Queue Tree & Mangle

Setelah tahap pertama selesai, kita akan coba melakukan test bandwith upload dan juga download dengan menambahkan queue tree & mangle. Pengetesan pertama dilakukan pada RB450G. Dengan total troughput bandwith sebesar 150Mbps dan mangle serta queue tree 5 client dengan masing-masing bandwith sebesar 30Mbps, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut

Terlihat bahwa pada RB450G masih mampu menghandle trafik sebesar 150Mbps dengan digunakan oleh 5 client secara bersamaan, namun penggunaan resource CPU Load-nya naik 100%.

Selanjutnya, pengetesan dilakukan pada routerboard RB850Gx2 dan RB750Gr3. Dan hasilnya untuk RB850Gx3 dapat dilihat seperti berikut ini

Sedangkan hasil pengetesan untuk RB750Gr3 dapat dilihat sebagai berikut

Hasil pengetesan pada RB850Gx2 dan RB750Gr3 terlihat bahwa dengan penggunaan resource CPU yang lumayan cukup tinggi sekitar 81%, RB850Gx2 masih mampu menghandle trafik sebesar 150Mbps dengan digunakan oleh 5 client secara bersamaan. Sedangkan pada RB750Gr3 hasilnya cukup memuaskan yakni dengan penggunaan CPU Load hanya sekitar 45%.

Kesimpulan

Dari hasil pengetesan yang telah dilakukan pada routerboard RB450G, RB850Gx2 dan RB750Gr3, kita bisa menyimpulkan bagaimana perbandingan performa dari ketiga router tersebut. Terlihat jelas bahwa performa dari RB750Gr3 jauh lebih unggul dibandingkan dengan RB450G maupun RB850Gx2. Ketika dilewatkan trafik sebesar 150Mbps dengan menambahkan queue tree & mangle, RB750Gr3 mampu meng-handle trafik tersebut dengan CPU Load sebesar 45% sedangkan pada RB450G dan 850Gx2 CPU Load-nya mencapai 100% dan 81%. Selain itu, RB750Gr3 mampu melewatkan trafik full duplex dengan speed ±500Mbps sedangkan pada RB450G hanya mampu dengan speed maksimum 300Mbps. Dan pada RB850Gx2 hanya mampu dengan speed maksimum ±450Mbps.

Walaupun dari segi trafiknya RB750Gr3 masih lebih unggul dibandingkan dengan RB450G dan RB850Gx2, namun untuk fitur saat ini masih lebih lengkap RB450G dan RB850Gx2. Misal, pada RB750Gr3 saat ini belum tersedia fitur User-Manager karena produk ini menggunakan arsitektur baru, yakni MMIPS.

Sumber:

The post Perbandingan Performa RB450G,RB850Gx2 dan RB750Gr3 appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Apa Itu Flashfig?

$
0
0

Apa Itu Flashfig?

Apabila kita pernah melakukan trouleshooting routerboard menggunakan Netinstall, mungkin kita pernah menemukan sebuah tombol command ‘Flashfig’. Dan walaupun kita pernah menggunakan netinstall mungkin sebagian dari kita masih belum mengetahui apa fungsi dari tombol ‘Flashfig’ tersebut.

Singkat kata ‘Flashfig’ merupakan sebuah aplikasi yang tergabung dalam program Netinstall yang mana fungsinya digunakan untuk melakukan konfigurasi banyak router MikroTik dalam waktu yang singkat.

Supaya dapat menggunakan fitur ‘Flashfig’ ini pada RouterBoard juga didukung sebuah opsi booting yaitu Flashboot. Untuk saat ini semua jenis produk dari RouterBoard telah support dengan fitur Flashfig. Mekanisme dari Flashfig ini berjalan antara perangkat PC/Laptop yang menjalankan aplikasi Netinstall dengan mode flashfig yang diaktifkan dan juga perangkat RouterBoard dalam broadcast domain yang sama. Sehingga kita untuk dapat menjalankannya kita pastikan semua perangkat yang terkait berkomunikasi dalam satu segment.

Dan secara umum karena flashfig ini masuk dalam aplikasi Netinstall, maka penggunaan ‘Flashfig’ ini seperti halnya kita melakukan netinstall dimana perangkat yang akan kita lakukan konfigurasi terhubung ke jaringan menggunakan Layer2.

Lab Flashfig Configuration

Sebagai contoh untuk implementasi penggunaan flashfig disini kita akan melakukan konfigurasi 3 buah router.

Sebelumnya kita akan melakukan beberapa langkah konfigurasi yaitu sebagai berikut:

  • PC/Laptop
Kita siapkan sebuah .rsc file yang berisi konfigurasi router. File ini biasanya hasil dari back-up konfigurasi router dengan metode ‘Export-Import‘. Kita juga bisa membuatnya menggunakan aplikasi text editor seperti Notepad,Notepad++, Texteditor, TextEdit, Microsoft Word, OpenOffice Writer.

 

Selanjutnya, kita buka aplikasi Netinstall dan jalankan Flashfig. Disini kita akan setting parameter Boot Client Address. Untuk IP Address yang kita isikan adalah yang satu subnet dengan IP Address dari perangkat PC/Laptop dimana kita menjalankan aplikasi Netinstall.
Kemudian kita akan menambahkan .rsc file yang digunakan untuk konfigurasi pada router. Klik ‘Browse‘ pilih file tersebut (highlight) dan klik ‘Select‘.
Kemudian, aktifkan mode Flashfig.
  • RouterBoard

Setelah kita konfigurasi Flashfig pada sisi perangkat PC/Laptop, selanjutnya kita konfigurasi RouterBoard. Secara default Flashfig Mode pada beberpa router sudah aktif, dalam artian kita tidak perlu konfigurasi lagi pada sisi RouterBoard.

Namun pada versi RouterOS yang baru kebanyakan belum aktif untuk Flashfig mode. Sehingga kita bisa secara manual mengaktifkannya. Kita bisa melakukan remote routerboard menggunakan Winbox atau via Console kemudian kita konfigurasi seperti berikut:

/system routerboard settings set boot-device=flash-boot

atau bisa juga dengan Command Line berikut,

/system routerboard settigs set boot-device=flash-boot-once-then-nand

Nah, Router telah siap untuk dilakukan ‘Flashfig’.

 

  • It’s Time to Flashfig !!
Jika langkah-langkah diatas sudah kita lakukan, sekarang saatnya kita lakukan flashfig pada router. Seperti contoh topologi diatas kita akan melakukan flashfig pada 3 router. Kita bangun terlebih dahulu topologi diatas dan pada RouterBoard kita gunakan Ether1 yang mana secara default terdapat fungsi ‘Netbooting’.

Setelah kita bangun topologinya, baru kita tancapkan kabel ‘Power’ dari masing-masing RouterBoard. Kurang lebih dalam waktu 3 detik RouterBoard telah berhasil dilakukan ‘Flashfig’.

Jika berhasil dilakukan flashfig maka pada list ‘Messages’ akan ditampilkan informasi RouterBoard dengan keterangan ‘Flashfigged‘. Dan pada beberapa jenis router yang memiliki beepr akan muncul bunyi morse selama 4 menit dan pada umumnya (jika tidak memiliki beeper) akan menampilkan flash (berkedip) pada lampu indikator LED.

Nah, dari sini kita bisa mencabut powernya untuk mematikan router dan menyalakan kembali supaya bisa booting via NAND secara normal.

Sumber:

The post Apa Itu Flashfig? appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Perbedaan Bridge dan Switch

$
0
0

Perbedaan Bridge dan Switch

 

Kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan antara Bridge dan Switch. Nah, pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana membuat beberapa interface pada MikroTik untuk menjadi satu sagment. Ada beberapa pilihan yang dapat kita gunakan yakni menggunakan bridging atau menggunakan switching. Keduanya memberikan hasil yang seakan sama namun sebenarnya ada perbedaannya.

Mode Switch

Pada umumnya RouterBoard memiliki beberapa interface ethernet. Walaupun interface-interface tersebut merupakan interface router yang setiap interfacenya harus terhubung ke jaringan yang berbeda-beda. Namun, interface tersebut dapat difungsikan sebagai port switch.

Untuk menghubungkan beberapa port ethernet, dibutuhkan hardware khusus yakni switch chip yang ditanam di routerboard. Sebuah routerboard bisa difungsikan sebagai switch bila didalam router tersebut sudah terpasang switch-chip. Switch-chip mampu melakukan forwarding frame ethernet secara full duplex dan independen tanpa membebani prosesor di Router.

Terdapat berbagai macam jenis Switch chip yang ada pada routerboard. Walaupun sama-sama memiliki fungsi switch, namun masing-masing memiliki fitur yang berbeda-beda. Fungsi switch hanya bisa melakukan penggabungan ethernet interface selama ethernet tersebut masih dalam satu switch chip yang sama. Artikel mengenai switch-chip pada routerboard sudah pernah kita bahas disini. Dengan fungsi port switching ini memungkinkan melakukan tranfer data dengan kecepatan penuh diantara sekelompok port. Namun kelemahannya, kita tidak bisa memonitoring trafik antar port yang masih dalam satu switch.

Kita telah melakukan pengetesan untuk mengetahui penggunaan CPU Load bila menggunakan teknik switch ini. Lalu bagaimana hasilnya? Berikut hasil pengetesan yang sudah dilakukan

Terlihat bahwa CPU Load-nya 0%. Kenapa bisa begitu? karena proses switching terjadi dilevel hardware yakni pada switch-chip yang tertanam di routerboard sehingga tidak membebani prossesor.

Sangat mudah untuk membangun jaringan bridge/switch tetapi masalah juga sering terjadi. Beberapa masalah kadang terjadi pada jaringan yang bersifat bridge/switch, misal :

  • Permasalahan pada host di dalam segmen akan berimbas ke host lain di bridge yang sama (mis: ip conflict, netcut, DHCP tandingan dll)
  • Sulit untuk membuat fail over system

Mode Bridge

Hampir mirip dengan switch, kita bisa menggabungkan beberapa interface yang berbeda menjadi satu segmant dengan menggunakan teknik bridging. Membuat beberapa interface seolah-olah menjadi satu artinya adalah tidak ada perbedaan segmen jaringan didalamnya. Misal, kedua interface ethernet dibridge maka kedua interface tersebut akan menangani jaringan yang sama. Kita juga bisa melakukan bridging antara interface ethernet dengan wireless yang mana hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan metode switching. Artikel mengenai cara setting brigde pada Mikrotik dapat kita lihat disini. Teknik bridge bisa dilakukan di semua produk Mikrotik baik routerboard maupun PC.

Dengan menggunakan mode bridge kita dapat menanggulangi network loop dengan mudah, yakni menggunakan protocol STP (Spanning Tree Protocol) dan RSTP (Rapid Spanning Tree Protocol).

Namun dengan menggunakan teknik bridge ini kita bisa memoritoring trafik antar port. Ada 4 jenis ethernet yang dapat dijadikan bridge port yakni Ethernet, Vlan, Wireless, VPN (mengaktifkan BCP), dan Tunnel (EoIP). Karena teknik bridge ini bekerja dilevel software, maka paket data yang masuk akan terbaca di prosessor sehingga menyebabkan CPU-Loadnya akan naik.  Kita akan melakukan pengetesan untuk mengetahui CPU Load-nya. Berikut hasilnya

Dari hasil diatas terlihat bahwa dengan melewatkan trafik yang cukup tinggi maka CPU Load-nya naik menjadi 40%. Hal ini terjadi karena mode bridge untuk prosesnya dilakukan di CPU.
Sumber:

The post Perbedaan Bridge dan Switch appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Pemilihan Chain pada Bridge Filter

$
0
0

Pemilihan Chain pada Bridge Filter

 

Jika minggu lalu kita telah membahas mengenai perbedaan antara Bridge dan Switch. Kali ini kita masih akan membahas seputar penggunaan Mode Bridge. Pada artikel yang berjudul “Management Bridge Client” telah dijelaskan mengenai penggunaan fungsi bridge filter ini. Dan sekarang kita akan menjelaskan terkait penggunaan paramenter chain yang ada pada fitur bridge filter tersebut.
Pada bridge filter terdapat 3 macam chain yang tersedia, yakni Forward, Input, Output. Mungkin beberapa dari kita masih bingung mengenai penggunaan chain tersebut apabila sebuah router difungsikan sebagai bridge. Nah, kali ini kita akan membahas terkait pernggunaan ketiga chain tersebut.

Sebelum kita menentukan penggunaan chain pada bridge filter, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai skema Trafik Flow pada mode bridge. Packet flow diagram ini secara khusus dibuat untuk mekanisme pada routerOS min.versi 6.x

Terdapat 2 pilihan yang dapat digunakan untuk filtering akses, yakni menggunakan “Bridge Filter” atau menggunakan “Bridge Firewall”. Jika kita ingin menggunakan fungsi bridge, dan ingin menggunakan logika firewall (Layer 3), maka harus mengaktifkan “setting Use IP Firewall”. Namun kali ini kita akan menggunakan logika bridge filter (Layer 2) sehingga tidak perlu mengaktifkan setting use IP Firewall.
Secara logika apabila komunikasi masih dalam segment yang sama maka antar client tersebut masih bisa saling berkomunikasi. Namun yang menjadi pertanyaan bagaimana jika kita ingin memblokir trafik antar client dari 2 interface bridge yang berbeda? Parameter chain apa yang harus digunakan? Untuk menggunakan fungsi bridge filter ini, dapat dilakukan dengan memilih menu Bridge -> Filter -> Add (+).

– Forward

Digunakan untuk mengelola trafik dalam 1 interface bridge yang sama. Sebagai contoh, kita mempunyai 2 buah interface yang tergabung dalam sebuah interface bridge. Kemudian, yang akan dilakukan adalah bagaimana me-filtering koneksi antara Client1 dan Client2. Berikut topologi yang dibuat agat mempermudah dalam pemahaman.

Dari topologi diatas, terlihat bahwa Client1 dan Client2 dihubung dalam 1 interface bridge yang sama, yakni bridge1. Berikut adalah konfigurasi yang dibuat untuk mem-filter koneksi dari Client1 ke Client2

Jika kita melihat dari skema aliran data (packet flow), pertamanya router akan mengecek jenis in-interfacenya, apakah dibridge atau tidak. Jika dibridge maka proses akan dilanjutkan ke proses bridging. Pada kasus ini, antara Client1 dan Client2 hanya dalam 1 interface bridge yang sama, sehingga menggunakan chain=forward. Hal ini terjadi karena trafik yang masuk melalui interface bridge dan keluar dari interface bridge yang sama. Jadi, trafik masuk dari ether2 dan keluar dari ether3 dalam 1 interface bridge yang sama yakni, bridge1. Oleh karena itu, penggunaan chain yang tepat digunakan untuk mengelola trafik dalam 1 interface bridge yang sama adalah chain=forward.

– Input

Digunakan untuk mengelola trafik dalam 2 interface bridge yang berbeda. Kita mempunyai topologi sebagai berikut,

Selanjutnya akan dilakukan management trafik dengan men-filter antara Client2 ke Client4. Keduanya memiliki segment IP yang berbeda dan tergabung dalam interface bridge yang berbeda pula. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya men-filter koneksi dari Clint2 ke Client4. Berikut adalah konfigurasinya,

Jika dilihat dari konfigurasi diatas, chain yang digunakan adalah chain=input. Hal ini terjadi karena antara Client2 dan Client4 memiliki segment ip yang berbeda dan juga dihubungkan oleh inteface bridge yang berbeda, yakni bridge1 dan bridge2. Jika mengacu pada skema trafik flow-nya, pertamanya router akan mengecek jenis in-interfacenya, apakah di bridge atau tidak. Jika dibridge maka proses akan dilanjutkan ke proses bridging. Proses selanjutnya dapat dilihat pada skema aliran data (packet flow). Jadi, chain=input digunakan apabila sebuah trafik yang masuk melalui interface bridge (Layer2) namun keluar dari interface yang berbeda diluar bridging, yakni proses routing di Layer3.

– Output

Digunakan untuk memproses trafik yang keluar dari router. Dengan kata lain merupakan kebalikan dari ‘Input’. Untuk mempermudah pemahaman, kita akan menggunakan topologi yang sama pada proses ‘input’. Kita akan men-filter trafik dari Client2 ke Client4, berikut adalah konfigurasinya,

Jika mengacu pada skema trafik flow diatas, maka chain=output digunakan ketika sebuah trafik masuk dari interface diluar bridge dan keluar via bridge interface yang lain. Jadi, trafik yang masuk ke router dari ether2 yang tergabung dalam bridge1 nantinya akan masuk proses routing, kemudian trafik akan dikeluarkan dari ether5 yang tergabung dalam bridge2. Jika rule ini berhasil maka Client2 tidak bisa berkomunikasi dengan Client4.

Sumber:

The post Pemilihan Chain pada Bridge Filter appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Tutorial Mikrotik: Review SXT LTE

$
0
0

Review SXT LTE

 

Produk wireless router Mikrotik identik dengan penggunaan wireless standart 802.11 A/B/G/N dan 802.11 AC. Namun tahukan Anda saat ini MikroTik meluncurkan produk baru dengan menggunakan standart LTE. Produk baru ini bernama SXT LTE. Perangkat embedded wireless yang dapat digunakan sebagai modem LTE di outdoor area.

Produk SXT LTE memiliki slot ukuran Mini SIM, dimana kita bisa memasang SIM card langsung slot yang ada pada board. Langkah implementasi SXT LTE cukup mudah, pertama pasang sim card pada saat routerboard masih dalam kondisi mati. Setelah terpasang dengan baik, baru kemudian nyalakan router, tunggu sampai router berhasil booting dengan sempurna. Setelah itu, kita bisa coba login ke router secara biasa, seperti remote router lainnya. Jika SIM card terdetect dengan baik, otomatis akan muncul interface LTE pada router.

Biasanya status awal akan berwarna merah dengan informasi “PLMN search in progress”, artinya SXT LTE sedang mencoba interkoneksi dengan jaringan LTE. Cukup ditunggu hingga status menjadi “R”.

Dari hasil testing kami menggunakan provider 4G di indonesia, tidak perlu mengisi username, password, dan parameter lain. Otomatis SXT LTE dapat terkoneksi ke jaringan LTE tanpa setting yang terlalu rumit. Setelah status interface LTE menjadi “R”, centang opsi “Add Default Route” dan “Use Peer DNS” agar router dapat terkoneksi ke Internet.

Dengan mencentang opsi “Add Default Route” dan “Use Peer DNS” maka router akan mendapatkan informasi default gateway dan DNS otomatis dari provider.

Setelah tahap ini selesai, coba ping ke internet dari router untuk memastikan bahwa router sudah dapat terkoneksi ke internet. Jika koneksi internet dari jaringan LTE hendak di-share ke jaringan LAN, jangan lupa untuk membuat rule NAT Masquerade dengan out-interface LTE. Setting selanjutnya sama seperti setting ketika mengkoneksikan jaringan LAN ke internet biasanya.

Catatan :

Percobaan yang sudah dilakukan menggunakan Telkomsel, Indosat, dan XL dengan hasil terdetect dan terkoneksi dengan baik. Untuk saat ini SXT LTE belum support GSM dan 3G, juga belum support 4G Smartfren.

Sumber:

The post Tutorial Mikrotik: Review SXT LTE appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.


Bridge Looping

$
0
0

Bridge Looping

 

Bridge merupakan perangkat yang bertugas untuk menghubungkan antar host dalam satu segmen jaringan. Dengan kata lain Bridge seperti sebuah jembatan yang menghubungkan antar perangkat layaknya sebuah switch. Perbedaan bridge dengan switch sudah pernah dibahas disini. Jika bridge ini tidak berfungsi, maka trafik antara antar host jaringan tersebut menjadi tidak dapat terhubung. Agar host didalam jaringan tersebut tetap bisa terhubung maka setidaknya harus ada dua bridge untuk menghubungkan kedua jaringan tersebut. Walaupun kedua bridge ini berfungsi, namun secara teori hanya satu saja yang berfungsi. Kenapa bisa begitu, karena apabila keduanya berfungsi maka akan terjadi redundansi link (jalur) antara kedua bridge dalam jaringan. Akibatnya akan menghasilkan looping pada segmen jaringan tadi. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai bridge looping.

Bridge Looping terjadi ketika terdapat lebih dari 1 path atau jalur antara 2 note dalam bridge yang sama. Gambar berikut merupakan contoh terjadinya bridge looping,

Untuk menghindari terjadinya bridge loop tersebut kita bisa menggunakan fitur STP / RSTP. Selalu biasakan mengaktifkan STP/RSTP pada saat pembuatan Bridge, dengan memilih menu Bridge -> pilih interface bridge -> RSTP. Pada RouterOS terbaru RSTP secara otomatis sudah aktif.

Spanning Tree Protocol (STP)
Spanning Tree Protocol atau yang biasa disingkat STP adalah jalur layer network protocol yang menjamin tidak terjadi loop dalam topologi dari banyak bridge dalam LAN. STP ini menggunakan algoritma yang disebut Spanning Tree Algorithm (STA) untuk menciptakan sebuah topologi database, kemudian mencari dan menghancurkan link-link redundant.

Cara kerja Spanning Tree Algorithm (STA) :
Pertama, STP akan melihat semua link pada network dan menutup link (jalur) yang redundant. STP ini akan memastikan tidak terjadi yang namanya looping dengan memilih root bridge dari beberapa bridge yang terhubung. Sebagai contoh dapat lihat pada gambar topologi berikut ini,

Root bridge merupakan bridge dengan bridge ID terkecil. Bridge ID digunakan untuk menentukan root-bridge dan root-port. Tiap bridge memiliki unique identifier (ID). ID ini ditentukan oleh sebuah kombinasi dari apa yang disebut bridge priority dan alamat MAC dasar. Untuk membandingkan dua bridge ID, pertama yang akan dibandingkan adalah priority number. Pilih yang memiliki bridge priority yang paling kecil / terendah. Namun jika priority number di semua bridge sama, maka selanjutnya yang akan dibandingkan adalah MAC Address, pilih MAC Address terendah. Dari topologi diatas terlihat bahwa R1 memiliki bridge priority paling kecil sehingga R1 dijadikan sebagai Root Bridge. Jika kita ingin interface bridge yang lain dijadikan root bridge, maka kita bisa mengatur bridge priority-nya seperti pada gambar berikut ini,

Kemudian STP akan menempatkan semua port aktif pada root bridge dalam status Forwarding. Setelah salah satu interface bridge router dijadikan sebagai root bridge maka interface bridge yang lain akan bertindak sebagai non-root bridge. Setelah root-bridge ditentukan, selanjutnya setiap interface akan memiliki yang namanya port role. Port pada non-root bridge yang mempunyai nilai cost terkecil dan terhubung langsung ke port root bridge dinamakan root port. Root port tersebut akan ditempatkan pada status forwarding oleh STP. Port yang memiliki path cost paling sedikit untuk mencapai root bridge dan tidak terhubung langsung pada root bridge  dinamakan designated port. Designated port juga berada dalam status forwarding. Port yang berada diluar jalur yang sama dianggap non-designated dan berada dalam status blocking. Kenapa statusnya diblok? Hal ini dilakukan untuk antisipasi jika root port tidak bisa bekerja dengan baik, maka port yang tadinya ber-status blocking akan diaktifkan dan kembali menentukan path / jalur baru. Detailnya dapat dilihat pada gambar berikut ini,

Pada R1 sebagai root bridge, interface yang menuju ke bridge lain yakni ke R2 dan R3 akan menjadi designated port. Sedangkan pada R2 dan R3, interface yang terhubung ke R1 akan menjadi root port. Link antara R2 dan R3 salah satunya akan seperti di disable atau menjadi alternate. Secara default akan membandingkan MAC Address pada port-nya, jika lebih besar maka akan menjadi alternate. Root port merupakan jalur utama yang aktif, sedangkan alternate port merupakan jalur cadangan apabila jalur root port terputus.

Aliran data pada bridge dapat kita ubah secara manual dengan cara mengatur path cost-nya.

Misalkan, path cost pada ether3 di R3 dan ether2 di R2 akan kita ubah menjadi lebih kecil dari ether1 di R2, maka root port akan berpindah seperti gambar berikut ini berikut ini,

Root path cost merupakan hasil penjumlahan dari path cost, Misal, pada ether2 di R2 menghasilkan root path cost = 9. Hal ini merupakan penjumlahan dari path cost ether3 R3 dan ether2 R2.

Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP)
Pada router Mikrotik sudah dilengkapi dengan protokol Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP) yang fungsinya untuk mencegah terjadinya looping pada jaringan bridge. Pada dasarnya, cara kerja RSTP ini sebenarnya sama dengan STP karena RSTP merupakan pengembangan dari Spanning Tree Protocol(STP). Baik STP maupun RSTP nantinya akan melakukan “blocking” terhadap salah satu interface yang telah di-bridge. Interface yang berada dalam status blocking tersebut nantinya tidak akan meneruskan trafik.

Kerena RSTP merupakan penyempurnaan dari STP maka yang membedakan adalah dalam segi waktu transisi dari kondisi aktif (active state) menuju ke kondisi forward (forwarding state) ke setiap port. Artinya, RSTP akan memberikan penentuan jalur yang lebih cepat dibanding STP.

Sumber:

The post Bridge Looping appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Setting VLAN dengan Switch-chip pada Routerboard

$
0
0

Setting VLAN dengan Switch-chip pada Routerboard

Virtual LAN atau disingkat VLAN merupakan fitur yang dibuat dengan menggunakan jaringan pihak ketiga. Dengan VLan ini kita dapat mengkonfigurasikan beberapa perangkat pada satu LAN atau lebih agar dapat saling berkomunikasi seperti halnya bila perangkat tersebut terhubung langsung pada jalur yang sama, padahal sebenarnya perangkat tersebut berada dalam segmen jaringan LAN yang berbeda.

Saat ini sudah banyak produk Router Mikrotik yang memiliki tambahan komponen switch chipset. Detail mengenai switch-chip dapat dilihat disini. Sepert halnya pada switch manageable yang beredar saat ini, switch-chip di Routerboard juga bisa mengimplementasikan atau mampu melakukan forwarding paket dengan melakukan VLan. Lalu, bagaimana mengkonfigurasikannya? Nah, artikel kali ini kita akan mencoba melakukan setting VLan dengan menggunakan fitur switch-chip pada routerboard Mikrotik.

Sebagai contoh, kita akan membuat sebuah topologi jaringan seperti pada gambar diatas. Pada topologi tersebut R1 sebagai router utama, sedangkan R2 difungsikan sebagai Switch Mode untuk mendistribusikan VLan.

Langkah pertama, kita akan membuat interface VLan di router utama (R1), dengan pilih menu Interface -> VLAN -> Add [+]. Kemudian kita akan mendefinisikan VLAN-ID=10 dan VLAN-ID=20 di interface ether5.

Selanjutnya kita tambahkan IP Address pada masing-masing VLan. Untuk VLan1 kita isikan dengan 192.168.1.1/24 dan VLan2 kita isikan dengan 172.16.1.1/24

Setelah membuat IP Address pada masing-masing VLan, selanjutnya kita tambahkan DHCP Server di masing-masing interface VLan tersebut untuk distribusi IP Address ke Client secara dinamis.

Selanjutnya pada langkah kedua, kita akan melakukan konfigurasi disisi switch-chip (R2). Pertama, setting ether2 dan ether3 pada menu interface dengan master port ether1.

Policy forwarding VLan yang dilakukan oleh switch-chip ditentukan di switch-port. Ada 4 Mode VLan yakni :

  • Disable, mode ini akan mengabaikan tabel VLan. Jadi trafik akan tetap dihandle baik ada VLan Tag maupun jika tidak mengandung VLan Tag.
  • Fallback (default), mirip dengan mode disable hanya perbedaannya pada mode fallback melakukan pengecekan terhadap tabel VLan. Jika trafik yang masuk dengan VLan Tag tetapi port-nya tidak ada atau tidak sesuai di VLan Tabel maka trafik tersebut tidak akan didrop.
  • Check, mode ini akan men-drop atau tidak meneruskan trafik dengan VLan Tag yang tidak ada di tabel VLan. Namun jika trafik yang masuk dengan VLan Tag tetapi port-nya tidak ada atau tidak sesuai di VLan Tabel maka trafik tersebut akan tetap dihandle.
  • Secure, mode ini akan men-drop apabila trafik yang masuk dengan VLan Tag namun port-nya tidak ada atau tidak sesuai di VLan Tabel.

Ada 3 logika untuk menangani trafik yang meninggalkan salah satu port di switch-chip yang mengaktifkan VLan, yakni

  • leave-as-is : paket data tidak ada perubahan ketika keluar dari port
  • always-strip : akan menghilangkan VLan Header pada paket data
  • add-if-missing : akan menambahkan VLan Header pada paket data

Kita setting VLan pada routerbord yang dijadikan switch dengan memilih menu Switch -> Port, pilih ether1 karena interface ether1 akan digunakan sebagai trunk, isikan VLaN Mode=secure dan VLaN Header=add if missing.

Setting ether2 dan ether3 dengan VLAN Mode = secure dan VLAN Header = always-strip. Jangan lupa isikan VLAN-ID pada kedua port tersebut. Disini VLAN-ID 10 akan didistribusikan melalui ether2 switch-chip dan VLAN-ID 20 akan didistribusikan melalui ether3 switch-chip.

Lalu, kita akan melakukan pemetaan VLAN Table dengan memilih menu Switch -> VLAN. Kita tambahkan VLAN table dengan VLAN-ID 10, masukkan port yang berhubungan dengan ether1 dan ether2. Tambahkan pula VLAN-ID 20 dan masukkan port yang berhubungan dengan ether1 dan ether3.

Nah, pada tahap terakhir ini kita akan melakukan pengetesan dengan menghubungkan perangkat client ke masing-masing interface routerboard yang digunakan sebagai switch. Kita aktifkan DHCP-Clien pada perangkat tersebut dan dilihat apakah alokasi IP Address sudah sesuai dengan segment dari masing-masing VLan.

Apabila langkah-langkah yang dilakukan sudah benar maka secara otomatis akan terlihat pada DHCP Leases di router utama. Dari DHCP Leases tersebut akan tampil Client yang melakukan request IP Address baik yang terhubung di ether2 switch-chip maupun ether3 switch-chip.

Dengan menggunakan fungsi VLan, perangkat Client yang berada di VLan1 dan VLan2 komunikasinya tidak lagi via Layer 2, namun komunikasinya inter-vlan yakni melalui router utama.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Setting VLAN dengan Switch-chip pada Routerboard appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Fitur Baru – Loop Protect

$
0
0

Fitur Baru – Loop Protect

 

Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai pencegahan loop dengan menggunakan STP / RSTP pada jaringan bridge. Lalu bagaimana mengatasi loop apabila kita menerapkan fungsi switch layer 2 ?. Nah, kali ini kita akan mencoba konfigurasi untuk mencegah loop di layer 2.

Ketika kita dengan “sengaja” maupun tidak sengaja menancapkan kabel LAN dari satu port ke port yang lain pada switch yang sama maka yang akan terjadi adalah lopping pada jaringan tersebut. Loop pada jaringan terjadi karena switch yang menghubungkan kabel dengan dirinya sendiri atau menghubungkan dua switch atau lebih. Ketika perangkat tersebut saling terhubung dengan kondisi tersebut maka akan terjadi lonjakan paket data pada kedua switch tersebut.

Jika sebuah routerboard mengaktifkan fitur switching maka perangkat tersebut bekerja dengan mengirim dan meneruskan paket data keluar menuju tujuannya, jika perangkat tersebut tidak mengetahui tujuan datanya maka switch akan mengirimkan paket data ke semua port. Apabila paket data tersebut “kembali” diterima oleh switch yang sama pada port yang berbeda, maka akan terjadi yang namanya looping. Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa menggunakan fitur baru yakni fitur Loop Protect. Fitur ini baru ditambahkan pada RouterOS versi 6.37.  Interface yang bisa menggunakan fitur ini yaitu ethernet, vlan, eoip, dan eoipv6.

Gambar topologi diatas merupakan contoh topologi yang dibangun untuk menguji fitur Loop protect. Topologi seperti ini sengaja dibuat untuk menciptakan looping antara router R1 dan R2 yang sama-sama mengunakan mode switch.

Langkah pertama yang dilakukan adalah kita aktifkan terlebih dahulu mode switch pada router R1 dan R2 seperti berikut ini

Selanjutnya kita aktifkan fitur Loop Protect. Untuk mengaktifkan fitur ini hanya dilakukan pada salah satu router saja. Secara default, fitur Loop Protect ini dinonaktifkan. Nah, untuk mengkatifkannya cukup mudah, yakni pilih menu interface -> pilih salah satu ethernet -> tab Loop Protect. Dalam satu jaringan kita hanya perlu mengaktifkan Loop Protect di salah satu router saja. Pada kasus ini, ether4 dan ether5 pada router R1 yang akan diaktifkan fungsi Loop Protect.

Setelah mengaktifkan loop protect (ON), kita juga bisa menyesuaikan Send Interval dan Disable Time-nya. Send Interval digunakan sebagai interval waktu untuk melakukan pengiriman loop protect protcol packets. Sedangkan Disable Time digunakan sebagai lama waktu interface tersebut dibuat tidak berfungsi oleh router setelah terdeteksi adanya loop. Dan interface tersebut akan kembali berfungsi setelah timer kadaluarsa atau disable time-nya habis. Setelah waktunya habis maka interface Loop Protect tadi akan mengirimkan loop protect packet kembali.

Apabila semua langkah-langkah diatas sudah dilakukan maka terlihat bahwa ketika terjadi loop atau terdeteksi adanya looping pada jaringan tersebut, segera muncul log pesan merah seperti gambar berikut ini. Status ether4 berubah menjadi “disable” sampai loop berakhir dan disable timernya berakhir.

Dengan menggunakan fitur Loop Protect ini, maka permasalahan jaringan di Layer 2 seperti lonjakan paket data akibat looping akan dapat dicegah, sehingga pengguna bisa merasakan performa jaringan yang lebih stabil.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Fitur Baru – Loop Protect appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Link Aggregration pada MikroBits Sierra

$
0
0

Link Aggregration pada MikroBits Sierra

Apa itu Link Aggregation ?

Selain menjadi switch manageable untuk kebutuhan vlan, MikroBits Sierra memiliki fitur Link Aggregation. Link aggregation ini merupakan fitur optional  yang tersedia pada ethernet gateway (switch) dan bekerja dengan memanfaatkan Layer 2 Bridging dengan standart 802.3ad (LACP) dan balance-rr (static). Link aggregation digunakan untuk menggabungkan beberapa port ethernet menjadi single link secara logic. Jika bandwidth terbatas pada kemampuan interface, sedangkan kebutuhan akses lebih dari kapasitas bandwidth interface, maka performa jaringan menjadi tidak optimal. Dengan link aggregation kita bisa menggambungkan kapasitas bandwidth dua port atau lebih. Misalnya satu port fast-ethernet terbatas di 100Mbps, padahal kebutuhan kita adalah 200Mbps. Maka kita bisa bangun link aggregation dengan dua interface, dengan kapasitas bandwidth 100 + 100 = 200Mbps. Selain link aggregation memberikan opsi untuk menggabung kapasitas bandwidth, fitur ini juga memiliki kemampuan untuk failover jika salah satu port/kabel bermasalah.

Link Agregration pada MikroBits Switch-Sierra

Contoh kasus misalnya kita akan menjadikan port 25 dan 26 pada MikroBits Sierra sebagai link aggregation. Port 25 dan 26 memiliki kapasitan 1Gbps sehingga jika dikomnbinasikan dengan link aggregation kita akan mendapatkan total bandwidth kurang lebih 2 Gbps.

Konfigurasi MikroBits Switch – Sierra

Konfigurasi link aggregation sebenarnya cukup mudah. yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan vlan-mode menjadi berbasis port, bukan berdasarkan vlan-id. Setting ini bisa dilakukan di menu VLAN-Mode pada web-base MikroBits Sierra.

Selanjutnya admin perlu menentukan port mana saja yang nanti akan digunakan melalui menu VLAN Member. Centang port mana saja yang dibutuhkan.

Selanjutnya kita mulai setting link aggregation pada menu Trunking –> Link Aggregation Settings. Disini ada beberapa port yang bisa digabung via link aggregation dan dibagi menjadi 3 group. Group pertama dari port 1 sampai 4, group kedua dari port 5 sampai 8, dan group ketiga hanya terdiri dari 2 port, port 25 dan 26. Artinya selain port diatas, tidak bisa menjalankan link aggregation. pada contoh kali ini, kita akan menggunakan port 25 dan 26 dengan setting seperti berikut

Di setting ini, pilih port yang akan menjalankan link aggregation, kemudian pilih enable pada opsi state. Pada opsi type, ada dua opsi, LACP dan static. Keduanya hampir sama akan tetapi static akan menggunakan metode balance-rr dimana paket akan didistribusikan melalui interface aggregation secara seimbang. Sedangkan LACP akan menggunakan interface yang sama untuk masing – masing connection stream. Pada contoh kali ini kita akan menggunakan opsi static.

Klik tombol submit untuk menerapkan setting yang sudah dibuat. Langkah setting MkroBits Sierra sudah selesai, selanjutnya kita akan setting disisi router Mikrotik.

Konfigurasi Router MikroTik

Sesuai dengan gambar topologi, asumsikan port link aggregation pada router Mikrotik menggunakan ether2 dan ether4 yang disebut dengan fitur “Bonding”. Pertama, tambahkan interface bonding melalui menu Interfaces, kemudian masuk ke Tab Bonding.

Setting yang paling penting ada di tab “Bonding”. Kita diminta untuk menentukan port mana saja yang akan digunakan sebagai link aggregation. Pada contoh kali ini kita menggunakan ether2 dan ether4 sebagai interface yang terkoneksi dengan MikroBits Sierra dan menjalankan fitur bonding. Karena pada setting MikroBits Sierra menggunakan link aggregation type static, di sisi router Mikrotik kita set dengan mode balance rr.

Setting sudah selesai, langkah terakhir lakukan test troughput pada interface link-aggregation. Interface yang sebelumnya hanya mampu melewatkan throughput 1gbps, bisa dilihat sekarang throughput link aggregation melewatkan throughput RX 1,4 Gbps dan TX 1,4 Gbps.

Jika dilihat dari screenshot, trafik yang bisa dileatkan lebih dari 1 Gbps. Kebetulan thoughput tidak mencapai 2 Gbps dikarenakan bandwitdh tester hanya sekitar 16 unit dengan kapasitas ethernet 100Mbps.

Fitur link aggregation biasanya ada di produk kategori switch manageable dimana memudahkan admin untuk mendapatkan throughput optimal melebihi wired-speed atau interface speed.
Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Link Aggregration pada MikroBits Sierra appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Link Aggregration pada MikroBits Sierra [part 2]

$
0
0

Link Aggregration pada MikroBits Sierra [part 2]

Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai bagaimana membuat Link Aggregration pada Mikrobits Sierra. Nah, kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai ‘Link Aggregation pada Mikrobits Sierra’, namun kita akan menekankan pembahasan mengenai kapabilitas apabila dilihat dari penggunaan tiap Group di MikroBits Sierra dan penggunaan mode bonding.

Langkah setting link aggregration baik disisi MikroBits Sierra maupun pada routerboard sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Tujuan dari Link Aggregation adalah untuk mengakumulasi bandwidth atau menggabungkan kapasitas bandwidth beberapa interface ethernet, selain itu juga untuk membuat link cadangan atau bisa dikatakan sebagai backup koneksi apabila salah satu link tidak berfungsi/mati.

Pada MikroBits Sierra, terdapat 3 group link aggregation, yaitu Group 1 (port 1-4), Group 2 (port 5-8) dan Group 3 (port 25 & 26). Group 1 & 2 masing-masing terdiri dari port fast-ethernet sehingga group 1 & 2 lebih direkomendasikan untuk digunakan sebagai link-aggregation fail-over. Hal ini terjadi karena keterbatasan pada port fast-ethernet yang hanya bisa melewatkan trafik sebesar 100Mbps. Sedangkan pada Group 3, karena merupakan port gigabit maka dapat digunakan untuk mengakumulasi bandwidth maupun backup bandwidth. Pada artikel sebelumnya, kita sudah melakukan pembuktian menggunakan Group 3 dengan mode ‘static’ dikedua sisi.

Jika pada MikroBits Sierra menggunakan mode static dan pada routerboard menggunakan selain mode static, hasilnya trafik tetap dapat dilewatkan. Artinya, tidak mutlak disisi routerboard harus menggunakan mode balance-rr. Dan berikut hasil yang menggunakan mode selain balance-rr disisi routerboard, misal menggunakan mode 802.3ad, active backup, balance-alb, dan balance-tlb pada link aggregation group 1.

Selain menggunakan mode static, kita juga bisa menggunakan mode LACP pada MikroBits Sierra dengan syarat pada sisi routerboard juga harus menggunakan mode LACP (802.3ad).

Dari hasil diatas terlihat bahwa dengan menggunakan mode LACP maka trafik hanya bisa dilewatkan satu interface saja. Apabila salah satu interface tidak berfungsi atau mati, maka trafik akan berpindah ke interface yang lain. Ini berarti bahwa dengan menggunakan mode LACP dapat juga dijadikan sebagai backup link. Namun apabila perangkat lawan menggunakan mode yang berbeda selain LACP, misalkan menggunakan mode balance-rr, maka trafik tidak bisa dilewatkan. Berikut hasilnya test dimana MikroBits sierra menggunakan LACP, sedangkan lawan yang terkoneksi menggunakan mode selain LACP.

Dapat disimpulkan bahwa untuk menggunakan mode LACP, maka kedua perangkat harus sama – sama menggunakan setting mode LACP. Dari hasil test keseluruhan, Ada bisa memilih mode yang ingin digunakan sesuai kebutuhan.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Link Aggregration pada MikroBits Sierra [part 2] appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot

$
0
0

Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot

 

Salah satu fitur yang terdapat di dalam mikrotik yang digunakan untuk menghubungkan perangkat network yang satu dengan yang lainnya adalah wireless. Ada beberapa mode wireless yang sering digunakan sesuai dengan fungsinya, Apakah ingin difungsikan sebagai access point ataupun difungsikan sebagai station. Pada artikel ‘Perbedaan Mode Wireless‘ sudah dibahas mengenai perbedaan tiap mode wirelessnya. Perlu diketahui bahwa tidak semua mode wireless dapat digunakan dalam bridge network karena tidak semua support dengan L2 bridging terutama mode wireless sebagai station (penerima). Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan penggunaan mode wireless disisi station pada jaringan hotspot.

Kita akan melakukan percobaan dengan menggunakan topologi jaringan seperti diatas. Gambaran topologinya adalah router (R1) yang difungsikan sebagai access point (pemancar) dan didalamnya juga sudah dikonfigurasi hotspot. Jika kita membuat jaringan hotspot maka biasanya didalamnya juga menggunakan fitur DHCP. Router R2 akan difungsikan sebagai station (penerima) yang akan menangkap signal dari access point (AP). Transparan bridge yang digunakan di router R2 berfungsi untuk menghubungkan client, seperti client-1 dan client-2 ke sumber internet. Dengan mode bridge ini memungkinkan network yang satu tergabung dengan network disisi yang lain secara transparan sehingga client-1 dan client-2 akan memiliki IP Address yang berada dalam 1 subnet yang sama dengan IP router AP.

Disisi station atau router R2, terdapat beberapa mode wireless yang bisa digunakan. Misal, mode station, station-bridge, station-pseudobridge, dan station-pseudobridge-clone. Nah, disini kita akan melakukan percobaan berdasarkan topologi diatas.

Pertama, kita akan membahas mengenai penggunaan mode station. Perlu diketahui bahwa mode station merupakan mode pada interface wireless yang tidak support untuk membuat network yang sifatnya bridge network. Artinya, mode ini hanya bisa digunakan untuk membentuk network yang sifatnya routing. Jadi kita tidak bisa menggunakan mode ini berdasarkan topologi seperti diatas yang dibentuk pada network yang bersifat bridging.

Kedua, penggunaan mode station-bridge. Mode ini merupakan mode yang hanya bisa digunakan apabila perangkat AP-nya menggunakan Mikrotik juga. Dan mode ini support untuk bridge network. Apabila disisi AP kita tambahkan konfigurasi hotspot dan DHCP Server seperti pada topologi diatas, maka yang terlihat disisi AP adalah sebagai berikut.

Dari hasil diatas membuktikan bahwa mode ini bisa digunakan untuk jaringan yang bersifat bridging, terlihat bahwa Client-1 dan Client-2 bisa mendapatkan IP yang 1 subnet dengan router AP. DHCP Leases digunakan untuk melihat perangkat-perangkat yang sudah mendapatkan IP secara otomatis dari server. Selain itu, pada parameter host di menu hotspot terlihat Mac-Address masing-masing Client beserta IP Address nya, artinya client-1 dan client-2 bisa terkoneksi ke service hotspot. Client-1 maupun clien-2 dapat terhubung ke AP karena adanya transparan bridge.

Ketiga, penggunaan mode station-pseudobridge. Mode ini merupakan pengembangan dari mode station standar. Mode ini juga support untuk bridging network. Jika kita menggunakan topologi yang ada, maka yang akan terlihat disisi AP adalah Mac-Address dari Wireless Client namun AP tidak membaca Mac-Address yang berada dibawah wireless client, dalam hal ini Mac-Address dari Client-1 dan Client-2.

Keempat, penggunaan mode station-pseudobridge-clone. Mode ini hampir sama dengan mode station-pseudobridge, hanya saja pada mode ini wireless client akan menforward Mac-Address yang telah didefinisikan di “station-bridge-clone-mac”. Namun, apabila station-bridge-clone-mac tidak ditentukan maka wireless akan menforward Mac Address perangkat yang pertama kali terhubung ke AP. Sebagai contoh Client-1 terhubung pertama kali ke hotspot server sehingga Mac-Address yang terlihat di host hotspot adalah Mac-Address Client-1. Kemudian, jika Client-2 terhubung ke hotspot server, maka yang terlihat di AP tetep menggunakan Mac-Address dari Client-1, seperti pada gambar berikut ini.

Dari hasil yang telah dilakukan baik menggunakan mode station standar hingga mode station-pseudobridge-clone, maka kita bisa memilih mode yang ingin digunakan sesuai dengan kebutuhan dan topologi yang dibangun.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Address Type

$
0
0

Penggunaan IP Address merupakan hal sangat penting untuk membentuk sebuah komunikasi antar perangkat yang terhubung ke jaringan. Setiap jaringan yang dibangun tentunya memiliki model yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dengan perbedaan topologi suatu jaringan maka terdapat juga perbedaan dalam penggunaan jenis alamat (Address Type).

Secara umum dalam dunia networking dikenal ada 4 macam ‘Address type’, yaitu Unicast, Broadcast, Multicast, Anycast. Masing-masing jenis tersebut memilki perbedaan dalam fungsi transmisi data. Dan berikut ini ulasan singkat mengenai perbedaan dari ‘Address type’ diatas.
1. Unicast
Unicast merupakan suatu metode pengiriman (transmisi) data dalam jaringan dengan mekanisme 1 : 1 atau PTP (Point-to-Point). Dengan kata lain pengiriman data dilakukan antara satu alamat pengirim dan satu alamat penerima. Ketika data berhasil diterima maupun gagal diterima, maka si-pengirim akan memberikan informasi ke pengirim. Untuk topologi jaringan dengan komunikasi ‘Connection-Oriented’ (TCP), jika data gagal diterima maka akan dilakukan pengiriman ulang sampai data dapat dikirim secara lengkap.

 

Contoh dari transmisi data menggunakan tipe alamat Unicast sering dilakukan dalam komunikasi perngakt sehari-hari. Misal, file sharing antar komputer, browsing, akses file server, dan lain-lain.
2. Broadcast
Broadcast merupakan metode pengiriman (transmisi) data ke banyak perangkat sekaligus atau PTMP (Point to MultiPoint). Dalam pengiriman ke banyak titik (Point) dengan metode ini tidak perlu memperhatikan apakah data tersebut sampai ke penerima atau tidak. Dan juga tidak melihat apakah perangkat penerima pada setiap titik tersebut sedang aktif siap menerima paket data atau tidak. Metode ini komunikasi biasanya dilakukan pada setiap perangkat yang tergabung di dalam jaringan yang sama atau dengan kata lain tergabung dalam satu alamat broadcast yang sama. Kalau kita mempelajari subnetting maka alamat broadcast merupakan alamat terakhir dari sebuah subnet. Misal, jika ada network dengan subnet 192.168.1.0/24 maka alamat broadcastnya adalah 192.168.1.255. Dan hal itu biasa disebut sebagai Subnet Broadcast. Ada juga Limited Broadcast yang mana transmisi data menggunakan alamat 255.255.255.255

Contoh penggunanan jenis transmisi broadcast ini banyak dilakukan untuk siaran TV dan Radio. Dan sering kita temukan juga biasanya digunakan dalam proses DHCP.

3. Multicast

Multicast metode yang digunakan juga hampir sama dengan broadcast. Namun perbedaannya untuk multicast ini akan melakukan transmisi data ke banyak titik (point) yang tergabung ke group alamat yang sama. Jadi jika ada perangkat yang tidak tergabung ke dalam group maka tidak akan mendapatkan transmisi data. Dan alamat yang digunakan disini adalah biasa disebut dengan alamat multicast. Ada beberapa alamat multicast yang digunakan tergantung jenis service-nya. Contohnya seperti berikut:
  • 224.0.0.18 : VRRP
  • 224.0.0.5-224.0.0.6 : OSPF LSA/DR
  • 224.2.0.0-224.2.127.253 : Multimedia Conference Call
Masih banyak lagi service yang menggunakan alamat multicast. Selengkapnya bisa kita lihat pada link disini.
Contoh penggunaan dari multicast lebih sering dikenal dalam melakukan Real-Time Streaming Video (RTSP).

4. Anycast

Anycast merupakan sebuah metode transmisi (pengiriman) data Point-to-Point-Nearest. Bisa dibilang untuk mekanisme dari anycast ini gabungan antara unicast dengan multicast. Di dalam transmisi Anycast antara si-pengirim dan si-penerima mempunyai alamat yang jelas, namun untuk menuju ke penerima akan menggunakan titik (point) sebuah group yang memiliki jalur terdekat.
Alamat ini juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa. Contoh penggunaan alamat anycast ini banyak ditemukan pada IPv6.
Sumber:

The post Address Type appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.


EoIP + IPSec pada RouterBoard dengan HW Encryption

$
0
0

EoIP + IPSec pada RouterBoard dengan HW Encryption

 

Tunnel merupakan salah satu alternatif media untuk menghubungkan dua atau lebih site, terutama jika jarak antar titik cukup jauh. Dengan menumpang pada jaringan public (internet) maka jarak bukan menjadi halangan lagi sehingga tunnel bisa menjadi solusi yang mudah dan murah jika dibandingkan dengan membangun media fisik.

Pada versi RouterOS yang baru fitur Tunnel seperti EoIP, IPTunnel (IPIP) dan GRE Tunnel sudah ditambahkan sebuah parameter untuk mengaktifkan IPSec. Dengan demikian kita bisa membangun sebuah link Tunnel yang lebih secure dengan IPSec secara lebih lebih mudah dibanding sebelumnya.

Permasalahan yang sering muncul, dengan mengaktifkan IPSec beban kerja CPU akan lebih berat, sebab akan ditambah proses enkripsi untuk pengamanan data. Pada Router dengan spesifikasi processor yang tinggi mungkin tidak menjadi masalah, namun untuk Router dengan processor kecil hal ini akan sangat memberatkan. Oleh karena itu, Mikrotik mengeluarkan produk RouterBoard yang di dalamnya terdapat Hardware (HW) Encryption.

Adapun produk RouterBoard (RB) yang sudah support HW Encryption adalah :

  • hEX v3 (RB750Gr3)
  • Cloud Core Router (CCR) Series
  • RB1100AHx2
  • RB1000
  • RB850Gx2 (produksi mulai 2016, dengan serial number yang dimulai dengan angka 5)

Fungsi dari HW Encryption ini adalah untuk membantu mempercepat proses enkripsi di dalam CPU. Walaupun letaknya berada dalam CPU, namun HW Encryption merupakan hardware fisik terpisah yang berfungsi menghandle enkripsi saat IPSec aktif. HW Encryption akan aktif secara otomatis hanya jika kita menggunakan algoritma enkripsi  AES-CBC dan sha1/sha256. Jika selain algoritma tersebut maka akan di-handle oleh software / CPU.

Kita akan melakukan sebuah LAB sederhana untuk mengetahui perbedaan EoIP + IPSec jika diimplementasikan pada RB750Gr3 (hEX) yang mempunyai HW Encryption  dan RB450G yang tidak memiliki HW Encryption. Setelah EoIP + IPSec terbentuk, antara kedua router akan dilakukan bandwith test dengan melewatkan traffic sebesar 50Mbps melalui EoIP

[Lab1] EoIP + IPSec pada RB750Gr3 & RB450G

Untuk pengetesan pertama kita akan membangun link EoIP antara RB750Gr3 & RB450G. RB450G tidak memiliki fitur HW Encryption. Topologi yang dibangun sama dengan gambar berikut :

 

Untuk konfigurasi kedua router seperti berikut:

#RB750Gr3 (HEX)

/interface eoip
add allow-fast-path=no ipsec-secret=test1 !keepalive local-address=10.11.11.1 name=eoip-tunnel1 remote-address=10.11.11.254 tunnel-id=10
Secara garis besar konfigurasi EoIP masih sama dengan RoS versi sebelumnya, hanya saja terdapat tambahan parameter ipsec-secret untuk pengatifan IPSec secara otomatis. Selanjutnya pasang IP Address pada interface yang digunakan

/ip address
add address=10.11.11.1/24 interface=ether2 network=10.11.11.0
add address=10.5.5.1 interface=eoip-tunnel1 network=10.5.5.2
add address=172.31.100.1/24 interface=ether3-LAN network=172.31.100.0

Tambahkan static route agar antar client (btest) bisa berkomunikasi melalui jalur EoIP

/ip route
add distance=1 dst-address=172.31.101.0/24 gateway=10.5.5.2

#RB450G

Lakukan konfigurasi yang hampir sama pada RB450G, detailnya sebagai berikut :

/interface eoip
add allow-fast-path=no ipsec-secret=test1 !keepalive local-address=10.11.11.254 name=eoip-tunnel1 remote-address=10.11.11.1 tunnel-id=10

/ip address
add address=10.5.5.2 interface=eoip-tunnel1 network=10.5.5.1
add address=10.11.11.254/24 interface=ether2 network=10.11.11.0
add address=172.31.101.1/24 interface=ether3-LAN network=172.31.101.0

/ip route
add distance=1 dst-address=172.31.100.0/24 gateway=10.5.5.1

Pengujian

Selanjutnya kita lakukan bandwith test dengan perangkat Btest yang tersambung di Ether3-LAN masing-masing router.

Hasilnya dari pengetesan 50Mbps dengan topologi diatas hanya mampu melewatkan bandwidth sekitar 25Mbps. Jika dilihat dari CPU Load, RB450G mencapai 100% dan RB750Gr3 hanya berkisar diangka 10%-15%.

Apabila kita lihat juga pada ‘/tools profile’ di RB450G maka proses yang menggunakan resource CPU paling besar adalah encrypting.



[Lab 2] IP Tunnel RB750Gr3 & RB750Gr3
Untuk pengetesan yang kedua kita akan menggunakan RB750Gr3 di kedua sisi. Topologinya tidak ada perubahan dengan topologi Lab 1. Hanya saja yang sebelumnya di satu sisi menggunakan RB450G sekarang kita akan menggunakan RB750Gr3.
Kita juga akan menambahkan IPSec di link tersebut. Untuk konfigurasi di kedua router seperti berikut:

#RB750Gr3 (HEX)A

/interface eoip
add allow-fast-path=no ipsec-secret=test2 !keepalive local-address=10.11.11.1 name=eoip-tunnel1 remote-address=10.11.11.254 tunnel-id=10

/ip address
add address=10.11.11.1/24 interface=ether2 network=10.11.11.0
add address=10.5.5.1 interface=eoip-tunnel1 network=10.5.5.2
add address=172.31.100.1/24 interface=ether3-LAN network=172.31.100.0

/ip route
add distance=1 dst-address=172.31.101.0/24 gateway=10.5.5.2

#RB750Gr3 (HEX) – B

/interface eoip
add allow-fast-path=no ipsec-secret=test2 !keepalive local-address=10.11.11.254 name=eoip-tunnel1 remote-address=10.11.11.1 tunnel-id=10


/ip address
add address=10.5.5.2 interface=eoip-tunnel1 network=10.5.5.1
add address=10.11.11.254/24 interface=ether2 network=10.11.11.0
add address=172.31.101.1/24 interface=ether3-LAN network=172.31.101.0

/ip route
add distance=1 dst-address=172.31.100.0/24 gateway=10.5.5.1


Dan setelah dilakukan pengetesan hasilnya seperti berikut:


RB750Gr3 (HEX) – Sisi A


RB750Gr3 – Sisi B

Hasil yang didapatkan untuk pengetesan diatas maka trafik yang dilewatkan bisa maksimal dan pada masing-masing perangkat CPU Load juga cukup rendah di kisaran 15%-20%. Hal ini karena RB750Gr3 (HEX) sudah memiliki HW Encryption sehingga CPU tidak terbebani lagi untuk proses enkripsi.

Pada RB750Gr3 jika dilihat di ‘/tools profile’ tidak terdapat proses enkripsi dan proses lain yang terdeteksi. Ada kemungkinan ini disebabkan karena penggunaan processor baru, yakni MediaTek.

Namun, karena pada RB750Gr3 menggunakan prosesor Dual-Core dengan 4 Threads, kita bisa melihat proses dari Enkripsi tersebut dihandle pada thread prosesor yang keberapa. Caranya pilih menu ‘System -> Resource -> IRQ’, maka disitu akan terlihat proses enkripsi
Sumber:

The post EoIP + IPSec pada RouterBoard dengan HW Encryption appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Streaming Video dengan Multicast (PIM) Routing

$
0
0

Streaming Video dengan Multicast (PIM) Routing

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas mengenai macam-macam tipe pengiriman data atau Address Type pada komunikasi di IPv4 dan juga IPv6. Salah satu jenis tipe pengirimannya adalah Multicast. Untuk lebih mengetahui penggunaan Multicast, kita akan mencoba sebuah contoh kasus yaitu streaming video mengggunakan tipe komunikasi Multicast.

Di MikroTik sendiri untuk fitur Multicast Routing sudah di-support. Namun untuk dapat menggunakannya kita perlu melakukan install paketnya terlebih dahulu karena paket multicast tidak termasuk dalam main package.

Multicast Routing PIM-SM

Protocol Independent Multicast-Sparse Mode (PIM-SM atau PIM) memungkinkan RouterOS untuk mendukung multicast streaming. Beberapa router yang terhubung dan dengan PIM aktif akan membentuk multicast cloud di mana perangkat klien dapat menggunakan IGMP untuk terhubung ke stream. Dengan Multicast Sparse Mode maka traffic multicast akan dikirimkan ketika ada request dari host/client, tidak dengan mekanisme broadcast / flooding. Pada Multicast Sparse Mode terdapat sebuah router yang akan menjadi Rendezvous Point (RP) yang berfungsi sebagai penghubung antara multicast source dan router-router yang memiliki multicast user dibawahnya.

Multicast (PIM) Routing pada umumnya digunakan pada sistem IP-TV yang menggunakan Multicast streaming di jaringan. Untuk konfigurasinya sendiri pada MikroTik cukup mudah. Sebagai contoh kasus kita akan membuat sebuah video streaming menggunakan aplikasi VLC, yang mana dengan aplikasi ini akan terdapat Video Server dan Video Client.

Bisa dilihat pada topologi diatas terdapat 2 perangkat yang tergabung dalam Group Multicast. Perangkat yang menjadi Video Server tersambung di R1(Router1) yang mana pada R1 juga akan menjadi RP (Rendezvous Point). Sedangkan Video Client tersambung di R2(Router2).

Konfigurasi R1

Pertama, kita akan setting terlebih dahulu untuk R1 yang terhubung ke Video Server. Pilih pada menu Routing –> PIM –> Interfaces –> add . Pilih Interface yg mengarah ke R2.

Langkah berikutnya masih mengkonfigurasi R1 adalah menentukan RP  Pilih pada tab RP –> add.

Konfigurasi R2

Ulangi kedua langkah konfigurasi R1 tersebut di R2. Pertama tambahkan interface PIM dengan interface yg ke arah R1, sesuaikan dengan topologi.

Selanjutnya tambahkan PIM RP, arahkan ke IP R1 serta definisikan IP Group Multicast.

Jaringan Multicast kini sudah terbangun, langkah selanjutnya lakukan streaming video dari server yang nantinya akan diakses oleh client yang berada di bawah R2.

Stream Video Server

Sering disebut juga sebagai Multicast Sender. Dalam percobaan ini digunakan aplikasi VLC untuk melakukan stream video ke jaringan Multicast. Spesifikasi streaming yang kami gunakan adalah sebagai berikut :

  • Video .flv
  • Metode RTP/MPEG Transport Stream
  • Destination IP Multicast 224.1.2.3
  • Port multicast 5004
  • Enkapsulasi MP4/MOV
  • Video Codec mempertahankan trek video asal
  • Audio Codec mempertahankan trek audio asal
  • Time-To-Live (TTL) 128

Stream Video Client

Disebut juga stream receiver/client. Pada percobaan ini juga menggunakan VLC pada PC Client. Untuk menangkap stream dari server perlu dilakukan pengaturan berikut

Multicast lebih banyak diterapkan karena traffic yang terjadi pada saat streaming akan lebih kecil dibanding jika menggunakan unicast streaming. Pada percobaan ini saat stream berjalan rata-rata kecepatan transfer data pada interface Router sebesar 1-2Mbps dengan kualitas video 720p. Hasilnya akan berbeda tergantung seberapa besar video atau audio yang dari stream server.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik: Streaming Video dengan Multicast (PIM) Routing appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Review Cloud Core Router with Combo Port

$
0
0

Review Cloud Core Router with Combo Port

Beberapa waktu yang lalu Mikrotik(dot)com mengumumkan bahwa Produk Routerboard CCR1009-8G-series telah discontinued. Yang berarti bahwa produk tersebut tidak lagi di produksi oleh pihak Mikrotik(dot)com, sebagai penggantinya Mikrotik mengeluarkan Produk terbaru yaitu Routerboard CCR1009-7G-1C-series.

Seri terbaru ini memiliki 3 variant saat ini yaitu CCR1009-7G-1C-1S+PC, CCR1009-7G-1C-1S+, dan CCR1009-7G-1C-PC. Tidak banyak yang berubah dari produk sebelumnya, namun dari nama yang diberikan untuk produk ini memperlihatkan bahwa mikrotik ingin menunjukan teknologi terbaru yang mereka miliki saat ini. Jelas terbaca terdapat huruf “C” yang muncul sebagai pengkodean nama untuk Routerboard seri terbaru ini.

Huruf “C” pada nama produk baru ini merujuk pada fitur/fungsi COMBOinterface, seperti terlihat di casing Routerboard CCR1009-7G-1C-series terdapat 2 interface fisik yang diberikan tanda bahwa itu adalah anggota dari Combo port, yaitu 1 interface SFP(1G) dan 1 interface Ethernet(1G).

Kita dapat menggunakan salah satu dari kedua interface fisik tersebut sesuai media koneksi yang kita miliki. Atau dapat juga digunakan keduanya untuk mendapatkan efek failover, main dan backup link. Hanya satu interface fisik yang bisa aktif pada saat yang sama. Jika SFP Aktif, Ethernet disable, begitu juga sebaliknya. Pergantian interface yang aktif (Failover System) pada Combo port bisa dilakukan dengan cara manual ataupun otomatis dengan mengatur mode combo yang akan diterapkan.

Pengaturan mode combo ini dapat dilakukan dengan command :

/interface ethernet set combo1 combo-mode= (auto; sfp; copper)

Terdapat 3 combo-mode yaitu :

  • combo-mode=SFP , berarti yang aktif hanya interface fisik SFP. jika ingin diubah ke link ethernet yang aktif, maka harus dilakukan dengan mengubah combo-mode secara manual.
  • combo-mode=copper, berarti yang aktif hanya Ethernet. jika ingin dipindahkan ke SFP harus dipindahkan secara manual dengan mengubah combo-mode
  • combo-mode=auto, berarti jika salah satu dari kedua interface link mati/putus akan berpindah secara otomatis pada interface fisik lain (failover otomatis).

Untuk versi RouterOS di atas v6.37.1 pengaturan combo-mode sudah tertampil pada menu winbox pada tab general interface combo.

Meskipun Interface Combo ini mempunyai 2 port Gigabit secara fisik tetapi kecepatan maksimal yang bisa dilewatkan adalah 1Gbps sesuai dengan interface yang saat itu aktif, bisa interface fisik SFP(1G) atau ethernet(1G) , karena fitur Combo ini memang untuk Failover bukan link-aggregation (akumulasi).

Dengan combo-mode=auto koneksi akan terputus sekitar 3-5 detik pada saat perpindahan interface yang aktif.

Sumber:

The post Review Cloud Core Router with Combo Port appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Tips Mengikuti Serfikasi MTCNA Mikrotik

$
0
0

Tips Mengikuti Serfikasi MTCNA Mikrotik

Hallo sobat oprekers, kali ini saya akan cerita sedikit mengenai pengalaman saya mengikuti ujian sertifikasi MTCNA Mikrotik. MTCNA (Mikrotik Training Certified Network Associated)merupakan sertifikasi mikrotik yang paling dasar layaknya CCNA pada Cisco. Sertifikasi pada mikrotik memiliki jenjang hingga yang paling expert yaitu MTCINE dengan syarat harus memiliki sertifikasi MTCNA terlebih dahulu.

 

  • MTCNA – MikroTik Certified Network Associate (Basic Essentials)
  • MTCRE –  MikroTik Certified Routing Engineer (Routing)
  • MTCWE –  MikroTik Certified Wireless Engineer (Wireless)
  • MTCTCE –  MikroTik Certified Traffic Control Engineer (Traffic Control)
  • MTCUME – MikroTik Certified User Management Engineer (User Manager)
  • MTCINE –  MikroTik Certified Inter-networking Engineer (Inter Networking)
Sertifikasi Mikrotik dapat diselenggarakan oleh lembaga training yang sudah berkerjasama langsung oleh mikrotik. Untuk di indonesia sudah banyak penyelenggaranya, hanya saja kita harus membayar biaya training tersebut dan biaya-nya sangat beragam tergantung lembaga training. Nah, bagi sobat yang berniat untuk mengambil sertifikasi ini pastikan memilih yang terbaik ya.

Peraturan Pada Test Sertifikasi Mikrotik

  • Soal ujian menggunakan Bahasa Inggris.
  • Dilarang melakukan copy paste & screenshoot soal.
  • Ujian dilakukan secara online dengan waktu 1 jam dan bagi peserta yang mendapatkan nilai di bawah 49% dinyatakan TIDAK LULUS.
  • Peserta yang mendapatkan nilai antara 50% -59% akan diberikan kesempatan ke dua atau second chance.
  • Peserta dinyatakan LULUS jika nilai mencapai 60% ke atas.
  • Dan bagi yang ingin menjadi Trainer minimum nilai adalah 75%.
  • Saat ujian diperbolehkan untuk membuka buku atau open book namun tidak boleh berdiskusi ataupun mencontek.
  • Sertifikan berlaku selama 3 tahun.

Tips Untuk Mengikuti Sertifikasi MTCNA

  • Sebelum ujian jangan lupa untuk Berdoa.
  • Bagi teman-teman yang kurang mahir dalam bahasa inggris bisa menggunakan Google Translate, tapi ingat soal tidak boleh di copy paste usahakan di tulis ulang saja agar tidak terdeteksi oleh javascript.
  • Kerjakan soal yang mudah dahulu.
  • Jangan panik dan terburu-buru, usahakan tetap tenang. Penulis saja saat ujian MTCNA sambil minum kopi. Hehe
  • Sebelum ujian usahakan belajar dari soal-soal ujian mtcna pada tahun sebelumnya atau bisa mengerjakan soal latihan yang ada pada account mikrotik anda.
  • Jika sudah selesai periksalah kembali dan usahakan mengsubmit hasil jawaban anda sebelum waktunya habis, misal 1 menit terakhir anda melakukan submit. Hal ini untuk menghindari lambatnya pemprosesan nilai anda karena mikrotik akan melakukan sortir terlebih dahulu mana saja soal yang tidak di jawab.
Nah, mungkin itu saja tips yang dapat saya berikan. Saya sendiri mendapatkan Training & Ujian MTCNA ini secara cuma-cuma alias gratis dari kantor jadi saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
Oiya sobat, jika sobat telah menyelesaikan ujian akan tampil gambar seperti di bawah ini.
Seperti yang saya sebutkan diatas bahwa nilai 60% keatas dinyatakan lulus dan saya hanya mendapatkan nilai 73%. Berikut ini adalah sertifikasi yang saya dapatkan.
Mungkin cukup sekian sharing saya mengenai Pengalaman & Tips Mengikuti Sertifikasi MTCNA Mikrotik. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
sumber: http://www.dimasrio.com/  

Tips Mengikuti Tes Sertifikasi MTCNA Mikrotik

Sertifikasi MTCNA (Mikrotik Training Certified Network Associated) merupakan sertifikasi Mikrotik yang paling dasar. Ada beberapa sertifikasi yang disediakan oleh Mikrotik, yaitu :
MTCNA – MikroTik Certified Network Associate (Basic Essentials)
MTCRE – MikroTik Certified Routing Engineer (Routing)
MTCWE – MikroTik Certified Wireless Engineer (Wireless)
MTCTCE – MikroTik Certified Traffic Control Engineer (Traffic Control)
MTCUME – MikroTik Certified User Management Engineer (User Manager)
MTCINE – MikroTik Certified Inter-networking Engineer (Inter Networking)
Untuk dapat memiliki sertifikat MTCWE, MTCRE, MTCTCE, MTCUME dan MTCINE, sebelumnya harus sudah lolos sertifikasi MTCNA terlebih dahulu. Oleh karena itu sertifikasi MTCNA menjadi sangat penting bagi anda penggiat Mikrotik. Jadi, kali ini kita akan membahas tips untuk sertifikasi MTCNA Mikrotik.
Sertifikasi diselenggarakan oleh lembaga training yang sudah menjalin kerjasama dengan Mikrotik. Di Indonesia ada banyak lembaga training Mikrotik yang menyelenggarakan Training sekaligus Sertifikasi nya. Untuk dapat mengikuti sertifikasi Mikrotik harus membayar biaya ke lembaga training tersebut, untuk nominal harga nya bervariasi tergantung lembaga training tersebut. Jika ikut sertifikasi maka dilakukan training materi Mikrotik dulu oleh lembaga training (biasanya lebih dari sehari) kemudian baru dilakukan ujian sertifikasi.

Berikut ini beberapa peraturan pada tes sertifikasi Mikrotik :

  • Soal ujian sertifikasi menggunakan bahasa Inggris.
  • Tidak boleh copy paste dan screenshot soal.
  • Waktu mengikuti Ujian Online Jika Score Dibawah atau sama dengan 49 maka dinyatakan TIDAK LULUS
  • Jika Score Antara 50%-59% akan mendapat kesempatan yg ke 2 dengan Mengikuti Ujian Online sekali lagi (biasanya soalnya lebih rumit)
  • Jika Score 60% keatas dinyatakan LULUS
  • Dan bagi yg ingin menjadi TRAINER Score Lulus Minimal 75 %
  • Masa Berlaku Sertifikat 3 Tahun
  • Tipe ujian nya open book, jadi boleh buka buku apa saja, namun tidak boleh tanya dan mencontek siapapun.
Oke sekarang kita bahas tentang tips nya. Karena MTCNA merupakan tes Mikrotik basic, maka soal yang akan keluar itu merupakan dasar-dasar (basic) Mikrotik, seperti Router OS secara umum, Firewall, QoS, Network Management, Wireless, Bridging, Routing, dan Tunnel.

Berikut ini beberapa Tips Mengikuti Tes Sertifikasi MTCNA Mikrotik :

Tips #1
Soal yang digunakan berbahasa Inggris, jadi kalo kalian ga bisa berbahasa Inggris bisa memanfaatkan tool Google Translate untuk menterjemahkan soalnya, tapi ingat jangan copy paste soalnya! Tulis ulang saja soalnya untuk menghindari hal-hal yang tidak anda inginkan ok? 😉
Tips #2
Kerjakanlah soal yang mudah dulu. Jika ada soal yang susah lewati saja cari yang mudah dulu.
Tips #3
Jawaban dari soal tersebut biasanya sudah ada di wiki.mikrotik.com. Silakan anda cari saja, atau bisa juga cari di google.
Tips #4
Jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan soal. Jika anda sudah selesai sebelum waktunya, telitilah kembali jawaban anda.
Tips #5 

Berdoalah sebelum ujian, dan yakinkan diri anda bahwa anda pasti dapat mengerjakan dengan baik semua soalnya dan lulus dengan nilai memuaskan.

Tips #6
Anda bisa mencoba mengerjakan latihan soal dari akun Mikrotik anda. Atau juga dapat mencoba mengerjakan contoh soal MTCNA Mikrotik yang dapat anda download disini.

Oke, mungkin sekian dulu tips dari saya.
Oya, kalo udah selesai maka akan muncul hasil ujian nya seperti gambar berikut :
Seperti penjelasan di atas, kalau nilai nya 60% keatas maka tes nya lulus. Saya cuma bisa dapat 68% saja karena tes nya dilakukan beberapa bulan setelah mata kuliah Mikrotik di Kampus saya. Jadi cuma belajar sehari tok langsung tes, jadinya cuma dapat segini 😀 Nilai segitu pun adalah nilai tertinggi loh diantara semua yang ikut tes waktu itu :D.
Oke, kalo udah lulus sertifikasi Mikrotik kita akan dapat Sertifikat nya. Nah sertifikat ini langsung jadi setelah anda lulus, tapi bentuknya berupa Softcopy. Anda bisa mendownload file Sertifikat nya pada akun Mikrotik anda. Pada bagian Training, pilih my certificates.
Silakan anda download file nya berupa PDF atau images.
Oya, kalau anda ikut tes di lembaga training Mikrotik maka anda akan mendapat Sertifikat juga dari lembaga tersebut. Karena saya ikut yang gratisan dari kampus jadi ga dapet Sertifikat yang itu
Ini adalah sertifikat Mikrotik MTCNA saya :
Mungkin cukup sekian dulu sharing dari saya tentang Tips Mengikuti Tes Sertifikasi MTCNA Mikrotik. Bagi anda yang akan menghadapi ujian Sertifikasi Mikrotik semoga dengan membaca info ini anda bisa lebih siap dan lebih baik dalam mengerjakan soalnya.
sumber: https://mikrotikindo.blogspot.co.id

DOWNLOAD CONTOH SOAL SERTIFIKASI MTCNA

Password: sahoobi.com

[DOWNLOAD PDF]

Apa itu MTCNA ?

MTCNA(Mikrotik Certified Network Associate) adalah sertifikasi jaringan Mikrotik yang memfokuskan pada kemampuan dasar untuk memahami perangkat lunak RouterOS dan produk RouterBoard. Diharapkan pemegang sertifikasi ini dapat mengkonfigurasi, mengelola, dan menerapkan best practices untuk layanan dasar pada router Mikrotik.

Topik cakupan yang dibahas untuk sertifikasi MTCNA adalah sebagai berikut :

  • Module 1 Introduction
  • Module 2 Routing
  • Module 3 Bridging
  • Module 4 Wireless
  • Module 5 Network Management
  • Module 6 Firewall
  • Module 7 QoS
  • Module 8 Tunnels 

Bagi oprekers yang berminat mempelajari secara umum materi tersebut,  silahkan DOWNLOAD MATERI SERTIFIKASI MTCNA dengan terlebih dahulu memasukkan password PDFnya.

sumber: https://juliardiindra.wordpress.com/

DOWNLOAD MATERI SERTIFIKASI MTCNA

Password: sahoobi.com

[DOWNLOAD PDF]

The post Tips Mengikuti Serfikasi MTCNA Mikrotik appeared first on Cari pacar, Cara pdkt lewat bbm, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik RouterOS v6 dengan VMWare

$
0
0

Belajar Mikrotik RouterOS v6  dengan VMWare

Bagi anda yang ingin belajar Mikrotik RouterOS tapi tidak punya RouterBoard Mikrotik nya, jangan khawatir karena anda masih bisa Belajar Mikrotik dengan menggunakan Virtual Machine (VM). Ada beberapa Virtual Machine yang bisa digunakan seperti VMWare dan VirtualBox.

Yang jadi masalah adalah untuk bisa Belajar Mikrotik di Software VM, kita perlu software RouterOS Mikrotik nya. Sofware RouterOS yang dibutuhkan adalah versi PC (x86). Sebenarnya kita bisa download file iso RouterOS gratis dari mikrotik.com atau website lain, tapi tentu saja ketika kita menginstall nya di VM kita harus memasukkan lisensi. Jika tidak maka RouterOS itu akan berjalan pada versi trial yang hanya bisa digunakan selama 24 jam saja.

Banyak juga situs lain yang menyediakan Link Download RouterOS + Lisensi Level 6, tetapi kebanyakan versi nya lama alias jadul (versi 5.2 kebawah). Sedangkan sekarang RouterOS sudah sampai versi 6 bahkan mau beranjak ke versi 7.

Nah, untuk itu disini saya akan share link Download Mikrotik RouterOS v6.10 khusus VMWare. Jadi ROS v6.10 ini hanya bisa digunakan di VMWare saja karena extensi filenya .ova. Nah, dengan ini kita bisa Belajar Mikrotik RouterOS terbaru versi 6.10 dengan mudah.

Anda bisa Download Mikrotik RouterOS v6.10 VMWare via Google Drive disini :

[DOWNLOAD]

Password RAR : sahoobi.com

Cara menggunakannya sebagai berikut :

1. Pastikan Anda sudah menginstall VMWare. Jika belum silakan install dulu.
2. Download file di atas.
3. Extract file RAR nya.
4. Buka file RouteOSv6.10_sahoobi.com.ova, akan muncul tampilan Import Virtual Machine dari VMWare.

5. Pilih direktori untuk menyimpan file VM nya seperti gambar di atas.
6. Klik Import.
7. VM Baru bernama MikroTik v6.10 akan muncul di VMWare

8. Untuk menjalankan VM nya klik Power on this virtual machine.
9. Login dengan Mikrotik Default Username dan Password

10. Kita juga bisa login Mikrotik dengan Winbox. Tinggal scan saja di Winbox nya.

11. Berikut adalah tampilan RouterOS v6.10 x86 yang running di VMWare :


Oke sekian dulu. Jika anda ingin Download Mikrotik RouterOS v6.10 VMWare untuk Belajar Mikrotik, silakan ikuti tutorial di atas. Semoga bermanfaat.

NOTE :

File ini saya share hanya untuk kepentingan Belajar saja. Untuk kepentingan lainnya silakan anda beli lisensi resmi nya! Support the Developer.

Sumber:

The post Belajar Mikrotik RouterOS v6 dengan VMWare appeared first on Cari pacar, Cara PDKT, Cara memikat hati wanita.

Viewing all 105 articles
Browse latest View live