Quantcast
Channel: Router Mikrotik – Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita
Viewing all 105 articles
Browse latest View live

Belajar Mikrotik: Fitur Health Mikrotik

$
0
0

Fitur Health Mikrotik

Untuk monitoring temperature pada routerboard teman-teman tidak harus memegang casing ataupun menempelkan thermometer pada Routerboard, Router OS telah menyediakan fitur Health yang fungsinya untuk memudahkan teman-teman dalam memonitoring temperature pada Routerboard. Tidak hanya menginformasikan tentang temperature pada routerboard, ada juga informasi lain yang ditampilkan, seperti Voltage dan Fan Control

Saat ini memang tidak semua RouterBoard dibekali dengan fitur ini, hanya type tertentu saja dan informasi yang ditampilkan akan  berbeda, tergantung hardware sensor yang terpasang. Di bawah ini table type router beserta informasi yang bisa ditampilkan pada System Health. Untuk lebih detailnya bisa langsung kunjungi website Mikrotik.com

Sesuai table di atas, sebagian besar type RouterBoard yang dibekali dengan fitur Health memiliki kemampuan untuk memonitor Voltase dan PCB Temperature, sebagai contoh di bawah ini terdapat tampilan pada RB450G.

Jika teman-teman menggunakan router CCR series, yang rata-rata routernya memiliki Fan, maka tampilan Health akan berbeda. Selain memiliki fitur monitor paling lengkap, Health pada CCR series dapat digunakan untuk melakukan kontrol kerja fan pendingin.

Rata-rata CCR memiliki 2 kipas pendingin yang terpasang di bagian belakang casing. Fan Control ini dapat digunakan untuk menentukan fan mana yang akan aktif, apakah hanya satu saja, atau bisa juga diset agar fan bekerja bergantian.
Sumber:
  • http://www.mikrotik.co.id

The post Belajar Mikrotik: Fitur Health Mikrotik appeared first on Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita.


Belajar Mikrotik: Queue Burst vs Token Bucket

$
0
0

Queue Burst vs Token Bucket

Pada jaman yang sudah modern ini, kebutuhan bandwidth setiap user akan semakin besar. Membuat kita para admin jaringan berfikir keras untuk mengatur bandwidth yang ada secara rasional. Di mikrotik, ada fitur bandwidth management yang bisa berfungsi untuk melimitasi bandwidth setiap usernya. Salah satunya adalah HTB atau Hierarchical Token Bucket yaitu suatu metode membuat antrian yang berfungsi untuk mengontrol traffic yang berbeda.

   Dalam artikel kali ini, kita akan membahas fitur dalam queue yaitu Burst dan Token Bucket. Fitur Token Bucket baru bisa digunakan di versi 6.35 keatas. Dalam penerapannya, kedua fitur tersebut bisa digunakan untuk memberikan bandwidth bonus secara sementara ke client. Pada saat tertentu, client bisa mendapatkan bonus melebihi dari bandwitdh yang sudah dialokasikan (max-limit). Hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan pelayanan ke client yang jarang melakukan download tetapi sering mengakses website atau email. Untuk membuat kecepatan bandwidth yang adil, bonus bandwidth hanya akan muncul jika rata-rata penggunaan user tidak lebih dari nilai yang ditentukan.

Burst 

   Dalam konfigurasi burst, ada 3 parameter yang harus disetting yaitu Burst Threshold, Burst Limit dan Burst Time. Ketiga parameter tersebut yang nanti akan menentukan berapa lama client mendapat bonus bandwidth tambahan dan maksimal bandwidth bonus yang diberikan. Cara kerja dari burst yaitu pada saat client download, router akan melakukan perhitungan rata-rata penggunaan user dalam 16 detik terakhir. Jika hasil rata-rata masih kurang dari Burst Threshold maka client mendapatkan bonus sampai Burst Limit. Jika rata-rata sama atau lebih besar dari Burst Threshold maka client tidak boleh burst dan bandwidth akan dilimit sesuai Max Limit.

Rumus perhitungan rata-rata penggunaan Client dari burst adalah (jumlah 16 detik terakhir / burst time) = “Hasil”. “Hasil” tersebut yang menjadi acuan apakah lebih besar atau lebih kecil dari Burst Threshold.

Sebagai contoh, client mempunyai max limit 2Mbps dan ditambah dengan konfigurasi burst limit 4Mbps, burst threshold 1M, burst time 32.

Jika dihitung diatas kertas maka akan seperti berikut ini:

  • #0 (Client idle) = (0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0) / 32 = 0 kbps. Lebih kecil dari burst threshold maka perbolehkan burst sampai burst limit yaitu 4 Mbps.
  • #1 (Detik pertama) = (0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+4) / 32 = 125 kbps. Lebih kecil dari burst threshold maka user masih diperbolehkan burst.
  • #2 (Detik kedua) = (0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+4+4) / 32= 250 kbps. Masih lebih kecil dari burst threshold.
  • #3 (Detik ketiga) = (0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+4+4+4) / 32= 375 kbps. Masih lebih kecil dari burst threshold.
  • #8 (Detik delapan) = (0+0+0+0+0+0+0+0+4+4+4+4+4+4+4+4) / 32= 1000 kbps.

Hasilnya sama dengan burst threshold, maka Client hanya akan mendapatkan sesuai max-limit yaitu 2 Mbps. Jika digambarkan menggunakan grafik, maka hasilnya akan seperti ini :

Hasil percobaan burst saat melakukan download client akan mendapatkan Burst limit (4M) selama sekitar 7 detik, lalu akan diturunkan ke Max limit (2M):

Token Bucket 

Berbeda dengan Burst, token bucket bisa digambarkan seperti “kelereng” dan “ember”. Token (kelereng) menandakan bytes paket dan Bucket (ember) merupakan wadah yang digunakan untuk menampung kelereng tersebut. Banyaknya token ditentukan dari kapasitas bucket dan hal ini menentukan seberapa besar total bandwidth bonus yang bisa diberikan ke Client. Besarnya kapasitas Bucket bisa kita konfigurasi pada setiap rule Queue.

Dalam sebuah rule Queue, perhitungan kapasitas bucket = Bucket-Size x Max-Limit.

Sebagai contoh dengan konfigurasi berikut ini : Max-limit=1M bucket-size=10, maka kapasitas bucket = 1M x 10 = 10M. Berarti total bandwidth bonus yang bisa diberikan ke Client sebesar 10M.

Pada sistem Token Bucket, pemberian bonus ke Client bisa dilakukan dengan beberapa cara. Bisa sekaligus diberikan atau diberikan sedikit demi sedikit, sesuai kebutuhan Client hingga token dalam bucket habis. Semakin besar mengambil token (bonus) semakin cepat pula token habis dan semakin pendek juga waktu Client mendapat bonus.

Misalnya, dengan konfigurasi seberlumnya, jika client membutuhkan bandwidth 2Mbps untuk download, maka perhitungan per detiknya :

  • #1  1M + 1M (bonus), sisa token = 9M,
  • #2  1M + 1M (bonus), sisa token = 8M,
  • #3  1M + 1M (bonus), sisa token = 7M,
  • #4  1M + 1M (bonus), sisa token = 6M,
  • #5  1M + 1M (bonus), sisa token = 5M,
  • #6  1M + 1M (bonus), sisa token = 4M,
  • #7  1M + 1M (bonus), sisa token = 3M,
  • #8  1M + 1M (bonus), sisa token = 2M,
  • #9  1M + 1M (bonus), sisa token = 1M,
  • #10  1M + 1M (bonus), sisa token = 0M, maka detik selanjutnya akan diturunkan ke 1M yaitu max limit.

Client bisa burst (bonus bandwidth) sampai 10 detik dengan penggunaan bandwidth 2M. Pada saat token pada bukcet habis, token akan diisi ulang pada saat client menggunakan bandwidth dibawah Max-Limit.

Dengan konfigurasi yang sama, jika client menggunakan bandwidth 6Mbps untuk download, maka perhitungannya:

  • #1 = 1M + 5M (bonus), sisa token = 5M
  • #2 = 1M + 5M (bonus), sisa token = 0M

Client hanya bisa burst maksimal 2 detik saja karena token sudah habis.

Dengan konfigurasi yang sama, di bawah ini contoh ketika Client mencoba menggunakan bandwidth sebesar mungkin. Terlihat dari grafik, Client menggunakan 8M di detik pertama, lalu 4M di detik kedua selanjutnya diturunkan ke Max-Limit (1M) karena token habis :

Tidak hanya di simple queue, Burst dan Token Bucket juga ada di Queue Tree. Yang bisa anda lihat di parameter berikut ini :

Kesimpulan

   Pada dasarnya, Burst dan Token Bucket memiliki fungsi yang sama,  digunakan untuk memberi bonus bandwidth sementara ke client. Tetapi pada Token Bucket, tidak ada limitasi maksimal bandwidth bonus yang diberikan. Semakin besar bandwidth bonus yang digunakan Client, maka semakin pendek waktu burst. Jika penggunaan wajar, maka client bisa mendapatkan burst yang lebih lama. Jika anda ingin memberi bonus dengan batas tertentu, bisa menggunakan Burst dengan menentukan Burst-Limit.

Secara proses, Token Bucket menggunakan proses yang lebih sederhana, sehingga tidak membutuhkan resource Router yang terlalu besar, cocok diterapkan pada Router dengan spec hardware yang tidak terlalu besar.

Sumber:

  • http://www.mikrotik.co.id

The post Belajar Mikrotik: Queue Burst vs Token Bucket appeared first on Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Blokir Game Pada Jam Kerja Menggunakan Address List

$
0
0

Blokir Game Pada Jam Kerja Menggunakan Address List

Sungguh menyenangkan rasanya jika dalam bekerja di selingi dengan bermain game, bermain ketika waktu istirahat masih wajar, lalu bagaimana jika bermain game pada jam kerja? Atau kita sebagai guru, yang melarang murid-murid untuk tidak bermain game pada waktu jam sekolah. Kita sebagai administrator  jaringan kemudian mendapatkan perintah dari atasan untuk memblokir game-game tersebut pada jam tertentu.

Atasan memberikan perintah untuk memblokir game-game setiap hari senin-jumat jam 08.00-17.00. Jadi ketika masih didalam jam kerja, hari senin-jumat jam 08.00-17.00 maka karyawan tidak bisa bermain game, tetapi ketika diluar jam tersebut karyawan boleh bermain game sesuka mereka. Nah  perintah dari atasan inilah yang nantinya kita jadikan rule pada firewall filter nanti.

Pada percobaan kali ini, kami membuat firewall filter yang fungsinya untuk men-drop game yang saat ini memiliki banyak sekali pemain, yaitu game Mobile Legend. Apa saja yang dibutuhkan untuk memblokir game ini? Kita membutuhkan port game dan protocol game tersebut. Ada 2 cara untuk mendapatkan port game dan protocol game tersebut.

Pertama, dengan melakukan Torch pada saat client menjalankan game tersebut. Sehingga akan didapat port dan protocol yang digunakan.

Kedua teman-teman bisa browsing di internet mengenai port-port game online, informasi yang disediakan biasanya lengkap, sudah di sediakan berbagai macam game online beserta port dan protocolnya.

Setelah berhasil mendapatkan port dan protocol dari game tersebut kemudian kita buat rule di IP ->> Firewall ->>Filter

Chain : Forward, karena paket berasal dari luar Router menuju keluar Router. Paket yang melewati Router. Penjelasan lebih dalam mengenai Chain pada firewall dapat  dilihat pada Artikel kami yang berjudul Penggunaan Custom Chain pada Firewall MikroTik.
Protocol : Protocol game tersebut. Bisa TCP atau UDP.
Dst. Port : Port Tujuan.
In. Interface : Interface yang menuju ke client.
Action : add dst to address list, fungsinya untuk mendapatkan ip server dari game tersebut.
Address list : untuk memberi nama pada list IP.

Dan berikut list IP server mobile legend yang sudah kita dapat, dapat di lihat pada menu IP->> Firewall ->> Address List.

Setelah berhasil mendapatkan list IP server dari Mobile legend, selanjutnya buat rule Firewall Filter untuk memblokir game-game setiap hari Senin-Jumat jam 08.00-17.00.

Masih pada tab firewall filter, kemudian klik add

Chain : chainnya masih sama, Forward. Karena trafik hanya melewati Router. Dari luar Router menuju keluar Router.
Protocol : Protocol game tersebut. Bisa TCP atau UDP.
In. Interface : Interface yang menuju ke client.

Dst. Address List : Pilih list IP pada Address List yang sudah kita buat sebelumnya.
Time : Silahkan sesuaikan dengan kebutuhan. Pastikan bahwa time pada router sudah benar. Untuk konfigurasi time pada router dapat kalian lihat pada artikel berikut Pengaturan Waktu Pada Mikrotik
Action : Drop.

Dan berikut filter rule yang sudah kita buat

Hasil

Jika dilakukan pengujian akses game dari sisi client, maka game tidak dapat di load.

Untuk melakukan pemblokiran game-game yang sedang hits saat ini seperti PUBG Mobile, ROS, AOV, Free Fire dan lain-lain dapat dilakukan dengan cara yang sama.

Sumber:

  • http://www.mikrotik.co.id

The post Belajar Mikrotik: Blokir Game Pada Jam Kerja Menggunakan Address List appeared first on Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Port Forwadding Multiple Router Mikrotik

$
0
0

Port Forwadding Multiple Router Mikrotik

Pada artikel sebelumnya kami pernah membahas tentang bagaimana cara supaya webserver local dapat diakses dari jaringan public yang terpasang di Router, artikel tersebut dapat teman-teman baca pada artikel kami yang berjudul Forwadding dengan fitur NAT.

Namun bagaimana jika kita memiliki beberapa Router local kemudian baru terdapat web server atau file server dibawah Router Local tersebut? Nah pada percobaan kali ini kami mencoba untuk membuat port forwading dengan multiple Router. Topologi pada lab kami seperti berikut ini

Misalkan, IP Address 192.168.129.133 merupakan IP Public yang didapat dari ISP. Nah, bagaimana agar Server yang ada dibawah Router B bisa diakses dari internet?
Untuk konfigurasi Port Forwadding Multiple Router, pertama-tama pastikan bahwa antar Client-Router-Server sudah bisa saling ping, jika belum silahkan routing terlebih dahulu.
berikut table routing di sisi Router-Backbone
Berikut table routing di sisi Router-B
Jika pada langkah ini Anda menemukan kesulitan saat melakukan routing, silahkan baca artikel kami yang berjudul Simple Static Routing
Setelah semua perangkat sudah terkoneksi dengan baik, sudah dapat ping antara client dan server maka langkah selanjutnya agar Server bisa diakses dari internet, set fowarding di Router Backbone dengan fitur Firewall NAT. Fowarding ini akan membelokkan traffic yang menuju ke IP publik yang terpasang di Router menuju ke IP lokal server. Dengan begitu, seolah-olah User dari internet berkomunikasi lagnsung dengan server.
Langkah pembuatan rule, masuk ke menu IP –> Firewall –> klik tab “NAT”, tambahkan rule baru dengan menekan tombol “add” atau tanda “+” berwarna merah.
Atau bisa menggunakan Script berikut:
/ip firewall nat
add action=dst-nat chain=dstnat comment=”Port Forwarding Web server” dst-port=80 in-interface=ether1 protocol=tcp to-addresses=192.168.88.253 to-ports=80
Pada penambahan rule dstnat ini forwarding langsung ditujukan ke IP Address dan port Router, tidak perlu melakukan dua kali NAT ke Router B terlebih dahulu, sebab komunikasi anatar Router Backbone dengan Server sudah diset pada konfigurasi Routing sebelumnya.
Setelah berhasil membuat rule diatas, langkah selanjutnya adalah tahap pengujian. Silahkan coba akses Webserver dari luar jaringan dengan mengakses alamat IP Public Router dengan port 80, jika sesuai dengan simulasi ini maka bisa akses http://192.168.129.133/ melalui browser. Konfigurasi tidak harus sama seperti diatas, silahkan sesuaikan dengan kondisi jaringan Anda saat ini.
Sumber:
  • http://www.mikrotik.co.id

The post Belajar Mikrotik: Port Forwadding Multiple Router Mikrotik appeared first on Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita.

Belajar Mikrotik: Virtual Link di OSPF

$
0
0

Virtual Link di OSPF

Pada jaringan OSPF terdapat beberapa area yang tergabung dalam satu AS. Setiap area ini memiliki perbedaan terutama untuk tipe LSA yang diterima di masing-masing router yang tergabung dalam area tersebut. Pada MikroTik sendiri terdapat 4 area OSPF yaitu Backbone area, Standart area, NSSA Area, dan Stub Area. Penjelasan perbedaan masing-masing area bisa dilihat pada link artikel sebelumnya disini.

Dan masing-masing area (Standart, NSSA, Stub) pada jaringan OSPF harus terkoneksi langsung ke Backbone area. Sehingga dalam satu area OSPF akan ada sebuah router yang menjadi ‘penghubung’ antara area backbone dengan area lain, atau secara istilah disebut sebagai ABR (Area Border Router). Namun dilapangan bisa jadi ada area yang tidak memungkinkan untuk terkoneksi langsung ke backbone area.

Untuk kebutuhan tersebut pada OSPF terdapat fitur yang disebut ‘Virtual Link’. Dengan fitur ini kita bisa menghubungkan area yang tidak terhubung ke backbone area melewati area lain.

Pada contoh topologi diatas kita akan mencoba membuat virtual link pada jaringan OSPF. Ada 4 router yang tergabung dalam jaringan OSPF dengan 3 area yang berbeda. Salah satu syarat untuk membuat Virtual-Link disini adalah kita harus membuat area yang akan dilewati virtual link dengan area standart. Karena virtual link tidak dapat berjalan pada area NSSA & Stub.

Sesuai topologi diatas kita akan membuat Virtual Link pada R2 dan R3. Untuk R2 merupakan router ABR yang terhubung ke Backbone area dan R3 merupakan router ABR yang menjadi penghubung antara Standart area dan Stub area.

Pertama, kita akan setting terlebih dahulu pada R2. Kita pastikan untuk network 172.16.3.0/24 yang terhugung dengan R3 tersetting dengan Area1 (Standart).

1

Selanjutnya pada Tab Virtual Links, kita tambahkan pengaturan baru. Ada dua parameter yang harus kita setting supaya virtual link berjalan, yaitu Neighbor ID dan Transit Area. Untuk ‘Neighbor ID’ kita isikan dengan ‘Router ID’ dari R3 dan parameter ‘Transit Area’ kita isikan ‘area1’.

Kedua, konfigurasi pada R3, untuk langkah-langkah konfigurasi persis seperti R2. Hanya nanti menyesuaikan pada konfigurasi di ‘Virtual Link’ terutama ‘Neighbor ID’, yaitu diisikan dengan Router-ID dari R2.

Setelah dibuat virtual link selanjutnya bisa di cek pada Route list dan LSA List di masing-masing router, terutama R3. Jika Virtual Link sudah berjalan maka di masing-masing router akan mendapatkan advertise LSA dan juga informasi routing sesuai dengan areanya.

Jika Virtual Link tidak berjalan maka pada R3 tidak akan mendapat informasi routing dari OSPF, sehingga router yang ada di area atasnya (R1, R2) dan dibawahnya (R4) juga jaringan OSPF tidak berjalan dengan baik.

Sumber:

  • http://www.mikrotik.co.id

The post Belajar Mikrotik: Virtual Link di OSPF appeared first on Cara PDKT, Cara menjadi pria idaman, Cara memikat hati wanita.

Viewing all 105 articles
Browse latest View live